Monsters

Kehebohan hari ini adalah istri saya yang frightened sama makhluk-makhluk monster dari bawah laut yang ditemukan bersama gelombang tsunami d...

Kehebohan hari ini adalah istri saya yang frightened sama makhluk-makhluk monster dari bawah laut yang ditemukan bersama gelombang tsunami di pulau Phuket 2005 lalu. Gambar yang dikirim lewat email itu kemudian di-forward, yang membuat saya akhirnya melihat para "monster" tersebut.

Saya teringat dengan bacaan saya waktu kecil dulu, tentang "Para Pengail Laut Dalam (Deep Sea/Abyss)" dalam sebuah ensiklopedi tentang ikan karangan Casey Horton kalo tidak salah. Di situ dipaparkan beberapa ikan yang "dikenali" menghuni laut dalam. Mereka umumnya berwarna monokrom atau bahkan albino, karena pigmen mereka tidak tersentuh sinar matahari. Sinar matahari tidak mampu menembus lapisan laut sampai kedalaman 650 m. Dengan absennya sinar matahari, maka daur ekologi tidak lagi berlaku dengan absennya produsen. Makhluk di laut dalam hanya mengandalkan "remah-remah" dari lapisan di atasnya.

Karena minim cahaya dan stok makanan, maka makhluk di "alam" ini mengembangkan evolusi mereka sebagai predator pasif. Mereka hanya menunggu dengan diam lama. Jumlah populasi juga tidak banyak karena akan makin memperketat kompetisi memperoleh makanan. Kondisi itu juga menyebabkan mereka mengembangkan kemampuan hermafrodit untuk berkembang biak. Bentuk adaptasi fisiologis lain adalah organisme laut dalam mempunyai kapasitas untuk mengolah energi yang jauh lebih efektif dari makhluk hidup di darat dan zona laut atas. Mereka bisa mendaur energinya sendiri dan menentukan seberapa banyak energi yang akan terpakai dengan stok makanan yang didapat.


Evolusi morfologis biasanya terbagi menjadi dua. Satu pihak mengembangkan kemampuan predasinya. Mereka biasanya akan memangsa apa saja tanpa diet tertentu. Secara morfologis, senjata pembunuh seperti rahang, tengkorak dan dimensi mulut mengalami perubahan. Ciri umum adalah mulut yang melebar, rahang yang kuat dan gigi-gigi tajam. Mereka harus seoptimal mungkin mencari mangsa yang jarang di laut dalam. Praktek kanibalisme juga sering terjadi di beberapa spesies. Sementara evolusi morfologis lain justru kebalikannya. Untuk spesies non ikan seperti moluska dan sebangsanya akan adaptif untuk memakan mikroorganisme yang ada. Mereka sulit bersaing dengan ikan yang ganas. Untuk senjata mempertahankan diri, mereka biasanya mampu berkamuflase dengan kondisi sekitar.

Satu persamaan dari mereka adalah, evolusi morfologis mengubah bentuk mereka menjadi kecil. Jarang ada organisme yang berdimensi panjang lebih dari 25 cm.


Dengan segala keterbatasan manusia mengamati laut dalam, hanya sedikit keindahan untuk diceritakan. Kontras dengan pesona terumbu karang. Apalagi di laut dalam, imaji kita tentang monster seolah tervisualisasikan dengan nyata dalam wujud spesies-spesies ajaib yang ada. Bagaimanapun, lukisan alam di tengah monoton-nya laut dalam tetap mengguratkan pesona yang mengundang decak kagum. Beberapa organisme yang mengalami ritus reproduksi, akan mempunyai perilaku yang unik untuk menarik pasangannya di tengah kegelapan. Mereka akan memendarkan cahaya yang tampak kontras dengan kondisi sekitar yang serba gelap. Suatu karya disain grafis yang amat sangat luar biasa dari alam semesta yang tidak terjangkau manusia.


Tuhan Maha Besar...

Related

wildlife 5922491757005150773

Posting Komentar Default Comments

1 komentar

Anonim mengatakan...

Good post bro!

Follow Me

-

Ads

Popular

Arsip Blog

Ads

Translate

item