Illustrator atau Corel Draw

Selama beberapa tahun, saya berkutat dengan macam-macam software pengolah grafis. Yang paling populer tentu saja Photoshop, sebagai peng...



Selama beberapa tahun, saya berkutat dengan macam-macam software pengolah grafis. Yang paling populer tentu saja Photoshop, sebagai pengolah image/bitmap.

Photoshop bisa dibilang tidak ada kompetitor berarti meski beberapa versi alternatif muncul, di antaranya PhotoPaint atau Gimp. Tetapi imej piranti lunak pengolah gambar sudah terlanjur identik dengan Photoshop yang memang memiliki riwayat dan sejarah panjang.

Adobe sebagai pengembang Photoshop adalah salah satu pionir piranti lunak dalam desain dan publishing (termasuk versi-versi PDF yang dibaca oleh Adobe Acrobat Reader). Adobe memiliki reputasi sebagai pengembang typeface yang kita kenal dalam bentuk fonts. Oleh karena itu, Adobe menjelma sebagai kekuatan pengembang piranti lunak papan atas di dunia.
Di samping Photoshop, Adobe juga meluncurkan piranti pengolah vektor dalam kemasan Adobe Illustrator. Serian ini melengkapi paket desain yang dirilis. Selain Photoshop, Reader dan Illustrator, Adobe juga merilis InDesign serta PageMaker untuk keperluan layout. Illustrator adalah rilisan pertama Adobe dalam pengolah grafis untuk Macintosh di medio 80an. Tidak heran, jika kemudian memang muncul stigma untuk menguasai desain grafis berbasis komputer, kuasailah Adobe!

Para Pesaing Adobe

Permasalahan produk Adobe rata-rata sama. Interface-nya kurang "user friendly", sehingga relatif susah bagi pemula untuk belajar intens (kecuali mereka yang determined). Hal ini membuka jalan bagi software lain yang menawarkan konsep "handy". Maka muncullah pengembang Macromedia dan Corel. Khusus untuk olah vektor, Macromedia merilis Freehand, sedangkan Corel mengeluarkan versi Draw. Freehand dan Draw adalah mirror-software untuk Illustrator pada awalnya dengan versi yang lebih mudah dipahami. Ketiga software ini kemudian "berperang" dalam merebut pangsa pasar.

Macromedia memperoleh "angin" dalam low-res publishing, ketika merilis serian pengolah grafis untuk display di komputer (termasuk website), di antaranya DreamWeaver dan Flash yang in-hand dengan Freehand. Pangsa Macromedia segera terbentuk untuk pengembang desain website dan grafis resolusi rendah lainnya. Ketika di-acquire Adobe, produk Macromedia yang masih berkembang tinggal piranti pengolah website dan tools-nya macam Flash dan DreamWeaver. Freehand kini tinggal sejarah karena tidak ada lagi update setelah serian MX yang masih dikembangkan di bawah bendera Macromedia.

Sementara desain untuk publishing, printing dan grafis resolusi tinggi masih menyisakan rivalitas CorelDraw dan Adobe Illustrator.

Illustrator vs Draw

Pada beberapa versi awal, Draw masih relatif banyak ketinggalan dengan versi Illustrator. Tetapi, dengan menjadikan Illustrator sebagai benchmark, kurang lebih hanya dalam 8 versi rilisan, kompatibilitas Draw bisa dibilang mulai menyamai Illustrator. Bahkan versi mereka saling berkompetisi secara seimbang ketika Draw mengeluarkan Corel Draw 9 yang bersaing ketat dengan Adobe Illustrator 7 waktu itu. Pada masa kompetisi ketat inilah, kedua software tersebut masuk ke Indonesia melalui CD-CD bajakan yang menyebabkan banyak akses untuk mempelajari keduanya.

Dalam waktu singkat, polarisasi desain mulai terbentuk antara pengguna Illustrator dan Draw. Dan dalam polarisasi inilah rivalitas dari pengguna mulai muncul, terutama di Indonesia untuk saling meng-klaim mana yang lebih bagus hasilnya.

Rivalitas tiada ujung tersebut masih berlangsung sampai saat ini, dan bahkan cenderung makin "sempit". Biasanya, orang yang memakai Illustrator akan menganggap pemakai Draw sebagai level novice yang tidak compete dengan mereka. Argumen bisa diperdebatkan, karena bahkan Wikipedia merilis kedua software masih dalam posisi bersaing ketat sebagai standar industri.
Kemungkinan premis tersebut muncul karena beberapa faktor.

Yang pertama tentu saja reputasi pengembang Adobe yang jauh lebih mentereng ketimbang Corel. Adobe adalah pionir, sementara Corel bahkan beberapa kali bangkrut. Reputasi itu juga didukung oleh kampanye dari Adobe yang lebih "worldwide" lantaran latar belakang kebangsaannya. Adobe adalah produk Amerika Serikat, di mana pangsa terbesar pengguna desain grafis yang tersohor berada di negara tersebut (sebut saja misalnya dunia hiburan). Sementara Corel "hanya" berasal dari Kanada.

Yang kedua adalah fakta lebih banyaknya pengguna software Adobe secara populasi "online" (di mana pengguna di Indonesia sepertinya diabaikan karena produk-produk mereka tidak registered). Jika mengacu pada hal itu, supremasi Adobe akan membentuk opini tentang produk mereka yang lebih unggul, termasuk Illustrator. Banyak industri yang menggunakan Adobe, sehingga demand terhadap desainer yang melek produk Adobe juga tinggi. Hal itu yang memicu masuknya penguasaan produk-produk Adobe dalam kurikulum sekolah komputer grafis di Amerika.

Imbas di Indonesia

Fakta tersebut berimbas ke Indonesia, di mana beberapa desainer perintis di sini adalah para lulusan sekolah desain barat yang memang berbasis Adobe. Mereka membawa paradigma software Adobe-sentris ke anak didik atau perusahaannya. Sementara Corel menggeliat secara otodidak, di mana penggunanya praktis hampir tidak mendapatkan tutor yang kompeten untuk mengembangkan produknya. Hasilnya, ada kesenjangan hasil desain antara pengguna Adobe dan Corel pada awalnya. Hal inilah yang kemudian dijadikan penilaian mengenai kapabilitas kedua software.

Maka, jangan heran jika banyak kualifikasi dalam pekerjaan komputer grafis yang memang mensyaratkan penguasaan produk Adobe. Selain karena paradigma kualitas yang terbentuk, juga karena secara global Adobe adalah produk yang paling banyak digunakan. Para stakeholder mungkin kuatir jika lingkup pekerjaan mereka terhambat kompatibilitas program desain yang tidak familiar macam Corel.

Pandangan semacam itu juga berimbas dalam klaim pengolah grafis antara Illustrator dan Draw. Padahal, saat ini beberapa fitur tentu telah dikembangkan untuk menjembatani hal semacam itu. Secara tidak langsung, Adobe sendiri "mengakui" kapabilitas Draw untuk menjadi pesaing serius dari Illustrator. Bentukan file yang memungkinkan editing di dua software tersebut mulai muncul. Draw bahkan mulai mengekspansi desainer-desainer yang bergerak dalam lingkup sumberdaya menengah ke bawah karena harganya yang jauh lebih murah jika dibandingkan dengan Illustrator.

Salah satu "pengakuan" yang paling kentara dari Adobe adalah ketika mereka merombak flagship produk mereka dari Illustrator ke Photoshop. Sementara Draw terus berkembang, Illustrator bisa dibilang mulai stagnan dan memang bisa disamai secara fitur oleh Draw. Adobe merilis InDesign untuk menutupi kelemahan Illustrator yang tidak bisa bekerja dalam tampilan multi-halaman.

"Long Feud"

Sayangnya, Corel memutuskan tidak akan merilis versi Draw di atas versi 11 untuk platform Macintosh karena penjualannya tidak menggembirakan. Wajar, jika mengingat Mac memang sangat identik dengan Adobe sejak awal. Hal itu pula yang sekali lagi menjadi skor kemenangan Adobe, seiring dengan mulai banyaknya gerakan anti-monopoli Microsoft (dengan sistem operasi andalan: Windows) yang berujung ke melonjaknya pengguna Mac. Paket desain Adobe dalam bundle CS mulai berekspansi kembali, sekaligus kembali mengerek Illustrator. Kembali secara popularitas Draw kembali "dikalahkan", meski secara kualitas mereka sangat kompetitif hand on hand.

Pengguna Draw juga sudah terlanjur mulai menyebar. Dan "perang" klaim kembali merebak ke dalam perdebatan tiada ujung, terutama di Indonesia. Forum-forum desain grafis masih diisi dengan pandangan-pandangan yang sedikit "melecehkan" para pengguna CorelDraw. Attitude yang sangat "Indonesia". Padahal, apapun piranti yang kita gunakan, yang dihitung adalah hasilnya. Perbedaan piranti hanya memunculkan perbedaan menggunakannya (personal preferences). Oleh karena itu, ketika menguasai satu jenis software, mestinya kita fokus untuk kembangkan dan percaya diri dengan piranti tersebut. Kuasai teknik untuk men-transform tipe file antar software. Tidak perlu kuatir dengan stigma-stigma yang muncul di luar karena sekali lagi, hasil yang dihitung adalah produk jadi yang relatif tidak meninggalkan "jejak" sistem operasi atau software yang Anda gunakan.

Perang antar pengembang piranti lunak adalah murni bisnis, dan sisi baiknya, kita sebagai pengguna selalu menemukan aspek positif dari persaingan semacam itu.

Image: Hugo Hansen, using CorelDraw | Moderate comparison between Illustrator vs Draw check here: http://www.graphicdesignforum.com/forum/archive/index.php/t-75.html

Related

design 7996870034777152453

Posting Komentar Default Comments

9 komentar

Daeng Ipul mengatakan...

nah..Elo sendiri lebih lancar di Corel apa Illustrator..?
kalo gw mah sama sekali blum pernah pake Illustrator..
kasih review dong soal plus minusnya..pengen juga blajar2 Illustrator...

Helman Taofani mengatakan...

Emang dari postingan gue ngga ketahuan ya gue prefer pake apa?

Plus minus? Setau gue kalo Illustrator ngga bisa bikin halaman, sementara kalo Corel bisa bikin multi-halaman. Illustrator bisa kasih wireframe, sementara kalo Corel ngga bisa. Selebihnya sama sih menurut gue.

Ros Marya Yasintha mengatakan...

:) Kantorku mah maunya yang murah ajalahhhh license nya.. Jadi ak pake corel aja :)
Pengen coba illustrator sih....

Helman Taofani mengatakan...

Corel emang jauh lebih murah, tapi tetep kapabilitasnya oke kok. Compete lah sama Illustrator.

Anonim mengatakan...

belum pernah nyoba corel. illustrator pun baru sekedar make pen tools nya doang (alias baru belajar). Tapi sepertinya emang enakan pake illustrator. imho.. >.<

Anonim mengatakan...

Tulisan yang menarik Man,

Sejak 'pindah' ke Mac, mau gak mau musti belajar lebih intens ke illustrator karena versi terbaru Corel di Mac hanya versi 11. Padahal versi ini sangat buruk jika dibandingkan versi X3 atau X4 (terutama pada tingkat presisinya).

Sialnya, sebagian besar supplier yang biasa gw pake (baik yang berbahan dasar kertas maupun flexy) gak mau terima desain dari illustrator. Output illustrator juga gak semudah itu diconvert untuk bisa dibaca di corel dengan resolusi yang diharapkan.

eftianto

ajir mengatakan...

kalo menurut aq seh, illustrator lebih unggul, selain karena backingnya gede (adobe), toolnya juga lebih mantap.. trus dimechingin kemana-mana mudah..banyak yang dukung buat ngelink ke program ini. kalo corel sih, unggul karena mungkin lebih gampang, kalo masalah tool..kayaknya masih kalah sama illustrator :D

salam kenal sob,

Anonim mengatakan...

cak Hel, udah pernah pake inkscape vector graphic (http://www.inkscape.org)lom? program geratisan itu support untuk membuka file berekstensi [dot]AI looh. Karena itu menurutku, Corel itu adalah program yang eksklusif (baca:sombong). Bisa membuka semua ekstensi file vector manapun, tapi dia tidak bisa dibuka oleh program selain Corel.

Tapi aku tidak bisa menilai Corel itu ciamik, Illustrator itu bagus ato Inkscape itu hebat. Karena aku lebih sering menggunakan program untuk bitmap (baca: pengolah foto) daripada pengolah vector [imho].

Asal OS bukan Windows (trauma mode: ON)

Helman Taofani mengatakan...

Corel X5 lebih canggih lagi Ki. Render di AI bisa dipreserve kala dibuka di Corel. Hehehe...

Kalo pengolah Bitmap sih sini cuman pake Sotofop.

Follow Me

-

Ads

Popular

Arsip Blog

Ads

Translate

item