Baby Traveller

Perjalanan panjang dengan sarana kendaraan umum dengan membawa bayi? Sebagai newly parent , saya dan Gina terus berusaha mengembangkan &qu...



Perjalanan panjang dengan sarana kendaraan umum dengan membawa bayi? Sebagai newly parent, saya dan Gina terus berusaha mengembangkan "kemampuan" ini...


Lebaran tahun lalu adalah rekor dunia, saya tidak menyentuh kampung halaman di Temanggung Jawa Tengah. Anak saya, Aksara, belum genap 3 bulan saat itu. Konon angka aman bagi bayi untuk mulai bepergian. Baru pada November 2009, turing kecil-kecilan menggunakan mobil Hyundai Accent yang baru 2 hari lalu laku digelar, dari Surabaya ke Jogjakarta, berlanjut kie Temanggung, Semarang, baru Surabaya.

Hari ini, Jumat (21/5) saya dan Gina memaksakan liburan sejenak ke kampung halaman yang lumayan angkat nama berkat ontran-ontran terorisme tempo hari. Kali ini sudah tidak ada si Blacky, si Hyundai, hingga penggunaan transportasi publik jadi opsi.

Aksara, yang kini 10 bulan, sudah terbukti mempunyai ketahanan fisik baja untuk longtrip. Bila saya me-recall paragraf pembuka, waktu selama puluhan jam ia habiskan di mobil sepanjang turing Jatim-DIY-Jateng ketika umur 3 bulan. Lalu beberapa kali plane trip Surabaya ke Jakarta/Bandung pergi-pulang.

Namun, seiring tambah usia, polahnya makin banyak. Ketika masih "sangat bayi", ia hanya bisa tidur dan menangis minta jatah ke ibunya. Sekarang, Aksara sudah sedikit makin susah di-handle seiring fase eksplorasi fisikalnya. Maka, the longer the trip, the bigger challenge we'll have.

Maret lalu ketika saya dan Gina ke Sydney, terbersit pikiran untuk mengajak si kecil ikut serta. Hanya, Aksara masih belum "dicoba" untuk longer trip (lebih dari 3 jam di dalam moda transportasi umum). Dan ke depan, jelas kami harus menghitung Aksara untuk agenda travelling jarak jauh tahunan. Maka, ke Temanggung kali ini sekaligus menjadi sarana uji coba.

Tes pertama adalah menggunakan kereta api dari Surabaya ke Jogja, yang ditempuh dalam waktu 6 jam. Kereta adalah moda yang paling aman, karena bila anak kecil rewel, terdapat ruang yang cukup banyak untuk mengalihkan perhatian. Dibanding dengan bis misalnya, yang bahkan jauh lebih repot dibanding pesawat sekalipun. Agenda ke toilet tentu menjadi jadwal yang tak bisa di-arrange laiknya bepergian dengan orang dewasa atau katakanlah anak kecil.

Maka, ujian pertamapun dilalui dengan lumayan sukses. Sepanjang travelling dengan kereta, polah usilnya memang mengusik space dua buah kursi tempat saya dan Gina duduk. Namun karena belum lancar jalan, maka tak sampai membuat kami berkejaran ala film India di sepanjang koridor kereta Sancaka. Merepotkan tapi bisa ditangani.

Lalu masalah seputar popok, ini yang lumayan repot. Tantangan pertama, Aksara pup di tengah perjalanan (antara Nganjuk - Madiun). Untuk mengganti popok, membuangnya dan membasuh area yang kotor, untungnya masih bisa memakai toilet. Kereta Sancaka cukup telaten merawat toiletnya. Ini untuk kelas Eksekutif, tak tahu saya untuk yang Bisnis. Masalahnya hanya pada saat membuang disposable diaper yang - maaf - penuh muatan. Tak ada tempat sampah tersedia, dan kami tak cukup hati untuk melemparnya ke luar. Sampah disposable diaper tak bisa diurai alam selama ratusan tahun. Apalagi jalur yang kami ikuti tak menunjukkan banyak aktivitas pemulung memungut sampah di kitaran hutan dan ladang nan gersang. Akhirnya kami bungkus sementara si popok buang, dan ditaruh di dekat toilet supaya disapu oleh tukang bersih-bersih kereta. Repot juga bila popok penuh muatan dibawa ke gerbong ber-AC yang tertutup...

Kemudian masalah kedua adalah karena sedikit kecerobohan dari saya, memasang disposable diaper kurang rapat. Sehingga, baru beberapa stasiun, pipis Aksara merembes ke mana-mana. Ini yang sedikit merepotkan, kala harus mengganti baju di tengah laju kendaraan. Beruntung ruang di kereta cukup lega, sehingga tangan dan badan bisa berimprovisasi. Saya membayangkan kejadian serupa di kelas ekonomi pesawat terbang? Wah, tentu repot.

Selebihnya, perjalanan riang diisi canda tawa, tingkah-polah dan dua kali tidur. Rasanya, ujian untuk perjalanan jauh bisa dikatakan lulus, dalam grade pertama. Evaluasi dari perjalanan kali ini amat sangat membantu sebagai bahan persiapan kala nanti kami bertiga adakan travelling jarak jauh dengan pesawat.

Setelah enam jam, Sancaka tiba di stasiun Tugu, Yogyakarta. Akhir perjalanan panjang, berganti dengan stop-motion-transport, alias mobil pribadi yang fleksibel untuk berhenti kapanpun. Mobil pribadi adalah variabel paling mudah dalam merencanakan perjalanan bersama bayi/toddler. Karena ruang improvisasi bisa senantiasa dilakukan.

Perjalanan mulus kemudian dari Jogja ke Temanggung. Tandai kunjungan kedua Aksara ke kampung halaman ayahnya. Saya ingin, ia mengingat daerah ini sebagai kampungnya pula. Kota kecil memang, namun menyimpan sejuta kenangan.

Related

travelogue 2531157005710556319

Posting Komentar Default Comments

8 komentar

Luluch The Cinnamon mengatakan...

He3, Aksara jalan2 terus ya. anakku udah kubawa ke Bandung naek bis pas umur 1bulan. Woahhh... Puegelll... Secara lehernya kan belum kuat, jd kudu dipegangin terus he3. Bulan depan mau ke Bandung lg, tp kayaknya travelingnya ntar lebih enakan daripada yg kemarin :D

indobrad mengatakan...

Hebat bener Mas. Kayaknya tu anak gedenya bakal kabur melulu deh backpacking. hehehe

Helman Taofani mengatakan...

@Luluch: Ke Bandung dari mana? Surabaya? Pake pesawat atau kereta?
Aks juga mau mudik ke nini-nya di Bandung awal Juni nanti.

@Indobrad: Mudah-mudahan jiwa petualangnya ada mas...hehe.

Ipul dg. Gassing mengatakan...

wah, udah mulai traveling ya si Aksara..?

kalo Nadaa sih dari umur 3 bulan udah mulai jalan jauh. waktu itu dari Semarang-Surabaya naik bis, trus dr Surabaya ke Makassar naik pesawat. sampe rumah langsung rewel seharian, ternyata ada uratnya yang keseleo, abis diurut baru deh aman, bisa bobo lagi..hehehe

trus kedua kalinya pas umur belum genap 2 tahun. dr Makassar ke Jakarta naik pesawat trus naik kereta ke Semarang. nah, di kereta itu dia rewel..untung bisa terlewati.

umur 4 tahun naik kapal laut ke Surabaya disambung naik bis ke Semarang, tengah malam pula dan karena menjelang lebaran akhirya gak dapat seat di bis dan harus tidur di lorong..tapi dia oke2 aja tuh..hehehe..

sekarang udah sering bolak-balik Jogja berdua aja ama Nadaa, via Surabaya pula...sy yakin dia emang punya darah petualang dan udah terasah dari kecil..so, amang planningnya klo dia udah gede ntar mau traveling berdua..hehehe

klo yg kecil belum tau ketahanannya kek apa...

Helman Taofani mengatakan...

Wah kalo masih bayi naek bis bisa repot juga ya. Untung dulu lancar jaya mas Ipul...ahahaha. Dulu waktu kuliah pernah ada ibu yang bawa bayi, dan pup di dalam bis sehingga satu bis kebauan semua. Hahaha. Mental kita sebagai orangtua belom siap sepertinya untuk ngadepin resiko kaya gitu.

Luluch The Cinnamon mengatakan...

Dari Purwodadi, naek bis he3, 10 jam an gitu. Aks mo ke Bdg ntar Juni?sama dung, tapi Westpa pergi ke Bandungnya pertengahan Juni he3. Anakku nih calon2 traveler jg, dari semenjak hamil udah kubawa keliling Manokwari, Sorong, Rajaampat, Makassar, Maros plus keliling Jawa ha3. Ntar jgn2 klo dah besar travelmate an ma Aks hi3 :D

Helman Taofani mengatakan...

Sip tuh, nanti gw kasih notes ke si Aks supaya alarming WestPa di masa ia pergi travel. :)

Anonim mengatakan...

Maaf,untuk ganti popok di toiletnya apakah ada changing table nya ya? Atau ganti di kursi penumpang kudian br bersih2 bilasnya di toilet?

Follow Me

-

Ads

Popular

Arsip Blog

Ads

Translate

item