Dedication, Naive and True

"Moral of the story", dari film dokumenter "Dogtown and Z-Boys" serta versi Hollywood-nya "Lords of Dogtown".....



"Moral of the story", dari film dokumenter "Dogtown and Z-Boys" serta versi Hollywood-nya "Lords of Dogtown"...

Adalah cerita Cinderella jadi nyata ketika sejumlah orang, dengan motivasi polos bersenang-senang, akhirnya terpapar media lantas menjadi hip dan kemudian semuanya berubah...

Coba amati segala macam pergerakan "revolusioner" di bidang budaya modern. Dari sisi musik sendiri, kita mengenal banyak scene yang diawali dengan kesenangan murni. London di akhir 70-an, Manchester dan Seattle di akhir 80-an dan banyak lagi yang bisa dirunut. Semua lantas berkembang gilang-gemilang menjadi entitas yang kita kenal dengan istilah punk, indie rock dan grunge.

Pun demikian yang terjadi dengan skateboard. Spin off selancar air ini awalnya hanya dikenal sebagai permainan anak-anak dan geek, seperti halnya hulahup atau yoyo di Amerika. Ketika banyak orang sudah melepehnya karena tak lagi tren, sekelompok anak di bilangan Venice (yang tenar dengan nama Dogtown), California, memainkannya kembali dengan semangat sakral kaum muda: dedikasi, naif dan kepolosan. Tak sesuai pakem yang dulu dirintis, tapi sedikit keliaran disana-sini justru membuat permainan ini kembali menemukan jatidirinya.

Endusan pertama datang dari Skip Engblom, seorang penghasil kriya untuk berselancar, seperti halnya Jonathan Poneman mengendus Green River dan band-band Seattle. Skip mungkin seperti halnya hiu yang mencium bau darah, belasan anak-anak yang bermain papan luncur di jalan itu memancarkan aura yang lantas diikatnya dalam bentukan tim Z-Boys, sesuai dengan nama toko selancar yang dibangunnya bersama Jeff Ho, Zephyr.

Dan mengulangi pattern kisah Cinderella, hip media membuat Z-Boys mencuat. Menasional nan fenomenal. Grunge punya kisah Everett True yang membuat blurb ajaib di media melalui bahasa kata dan foto sehingga kisah anak-anak Seattle mencuat ke Inggris dan dunia dalam halaman Melody Maker. Sementara jawaban skateboard adalah Craig Stecyk yang membuat rangkuman foto aksi anak-anak Z-Boys dalam majalah Skateboarder yang kembali terbit setelah antusiasme ke papan luncur ini naik lagi di medio 70-an. Sejarah lantas mencatat, bahwa alumni Z-Boys, terutama Jay Adams, Tony Alva dan Stacey Peralta menjadi legenda dunia skateboard.

Jawaban dunia sama. Terkejut, terhenyak, tertegun, diam sesaat lalu tangan-tangan kapitalisme mulai meraja.

Tony Alva dan Stacey Peralta menjadi salah dua ikon skateboard dunia yang terus menerus mendapat sorotan. Z-Boys mulai terpecah. Seiring dengan makin menua usia, maka kebutuhan akan materi menjadi hal yang secara alami membelenggu. Semangat ketulusan dan kepolosan bermain berubah menjadi nafsu menguasai.

Well, itu adalah daur klasik yang juga terjadi di indie scene, punk dan grunge. Skateboard, sebagai produk budaya juga sama. Scene membesar, inisiator terhimpit, dan kini saat generasi berikut mengambil bendera. Legacy mereka terus berlanjut, menafasi vertical skateboarding kini (dengan medan "half pipe"). Tony Hawk, Steve Caballero, Bam Margera dan jagoan skate lain meneruskan apa yang diawali anak-anak Z-Boys dari kolam renang kosong. Bermacam vendor dan apparel papan luncur juga saling sikut, berikut infiltrasi budaya pop lainnya sementara Zephyr sendiri kini malah telah tersungkur.

Maka tak heran bila Skip Engblom dan pasukan Z-Boys yang telah dewasa saat ini bisa tersenyum simpul nan getir melihat scene yang mereka buat telah berputar dengan omset milyaran. Sementara, tidak semua dari anak-anak Dogtown itu menikmati peputaran uang tersebut. Tapi, setidaknya mereka lebih beruntung ketimbang Kurt Cobain atau Sid Vicious yang keburu ajal sebelum rasakan betapa dahsyat legacy yang mereka tinggalkan.

All that sacred, comes from youth. Dedication, naive and true...

Related

skateboard 3259258633595625568

Posting Komentar Default Comments

Follow Me

-

Ads

Popular

Arsip Blog

Ads

Translate

item