Di Balik Batalnya Konser Aerosmith

Di antara pembaca, pasti ada yang seperti saya saat ini. Menahan kecewa karena batalnya konser Aerosmith dalam waktu tinggal hitungan h...


Di antara pembaca, pasti ada yang seperti saya saat ini. Menahan kecewa karena batalnya konser Aerosmith dalam waktu tinggal hitungan hari.


Band klasik asal Boston itu dijadwalkan manggung di Jakarta hari Sabtu mendatang, 11 Mei 2013. Konser itu sedianya akan menjadi penampilan pertama Steven Tyler cs di region Asia Tenggara. Selain di Jakarta, Aerosmith dijadwalkan tampil di Filipina, menurut catatan website resmi mereka (Aerosmith.com).

Hari Sabtu (4/5), tepat seminggu sebelum konser, tweet mengejutkan dilansir Ismaya, selaku co-promotor. Tweet tersebut mengutip statement manajemen tur Aerosmith, bahwa karena "safety and security concerns", maka konser di Jakarta dibatalkan.

Tentu saja itu segera menjadi bahasan di twitverse, rata-rata tentu kecewa dengan hal ini. Termasuk saya, yang bertanya-tanya ada apa gerangan perihal kemanan negara kita yang membuat Aerosmith urung manggung di sini. Di dalam statement itu memang tidak dijelaskan penyebab atau ancaman keamanannya apa. Mungkin kasus penangkapan plot pengeboman di Pamulang dan Kemang tempo hari jadi salah satu isu. Ditambah kampung halaman Aerosmith, Boston, juga baru saja terguncang dengan teror bom beberapa waktu lalu.

Tapi sebesar itukah ancaman di negara kita? Pekan lalu, belasan band mancanegara aman manggung dalam hajatan Hammersonic, termasuk Obituary, band cadas asal negara yang sama dengan Aerosmith. Ketika tweet Ismaya rilis, musisi Australia, Lenka, juga tengah menggelar konser di Jakarta. Rabu depan (15/5), Blur masih dijadwalkan main di Indonesia dengan promotor Dyandra. Mengapa alasan keamanan tak mengganggu mereka?

Yang mengejutkan, SISTIC, agen tiket Singapura ternyata sudah mulai menjual tiket konser Aerosmith yang dijadwalkan main pada tanggal 25 Mei. Lucunya, Singapura belum ada dalam agenda website resmi Aerosmith kala pengumuman pembatalan konser Jakarta dirilis. Kejadian ini membuat saya curiga ada hal lain di balik batalnya konser Aerosmith, yakni persaingan promotor.

Belum lama, kasus batalnya konser Lady Gaga juga menjadi perbincangan karena ditengarai ada perang promotor di balik kisuh yang membawa ormas agama itu. Promotor konser di Indonesia memang belum ada yang sangat besar, seperti halnya Chugg Entertainment di Australia. Java yang tempo hari menjadi jaminan konser besar kini semakin turun. Promotor yang dipunya Adrie Subono itu bisa disaingi beberapa pemain baru yang muncul. Lahan ini memang masih kosong, dan bukan cerita basi bila posisi "prime promoter" itu masih lowong di Indonesia.

Sekarang, perang domestik ini diwarnai juga dengan intervensi promotor regional, dalam hal ini Singapura. Menurut beberapa pihak, para promotor negeri Singa itu kerap membuat persetujuan eksklusif dengan talents. Mereka dilarang tampil di negara dalam kawasan Asia Tenggara selain Singapura. Bukan apa-apa, audiens yang disasar konser Singapura memang sepenuhnya bergantung dari negara tetangga. Kebijakan ini juga didukung penuh oleh pemerintah Singapura, via biro wisata. Dengan aneka instentif penyelenggaraan, tentu promotor bisa lebih leluasa secara finansial untuk membuat deal yang lebih menarik dengan talents/band.

Untuk kasus classic rock, pasarnya adalah Indonesia. Contohnya adalah Foo Fighters yang dijadwalkan manggung tahun lalu. Mereka tidak bisa "ditarik" ke Indonesia lantaran terikat deal eksklusif untuk hanya tampil di Singapura, untuk region Asia Tenggara.

EO konser Aerosmith Jakarta via website AerosmithJakarta.com menyebutkan 80% tiket dari total kapasitas 15.000 audiens sudah terjual. Angka yang akbar tentunya ketika tiket tidak dijual murah. Jakarta punya massa dan daya beli. Inilah yang membuat ibukota Indonesia ini punya potensi besar sebagai destinasi utama konser band asing. Dan inilah yang menjadi ancaman bagi Singapura.

Konser memang bukan sekedar ajang mendengarkan musik bagi pemerintah Singapura. Dengan menargetkan pasar dari regional Asia Tenggara (terutama Indonesia), sebuah konser memiliki implikasi positif berupa kedatangan ribuan orang dari luar negeri yang memenuhi akomodasi dan menggerakkan roda ekonomi negara mini itu. Konser-konser dan event di Singapura sudah mulai ditawarkan dalam paket wisata. SISTIC bahkan sudah membuka travel dan ticket agent di beberapa mal Jakarta seperti outlet Senayan City.

Ketika pembatalan Aerosmith Jakarta dirilis, SISTIC secara masif promosi tiket untuk tanggal 25. Dan di beberapa forum, para penggemar classic rock yang urung menyaksikan Joe Perry cs segera memblok kuota tiket. Berbondong-bondong massa konser di Jakarta pindah ke Singapura. Ini tentu yang diharapkan dari awal. Bila mereka sudah menonton terlebih dahulu di Jakarta, tentu konser di Singapura yang baru diselenggarakan beberapa pekan setelahnya akan menjadi basi.

Oleh karena itu, agak aneh menerima alasan security yang dirilis pihak Aerosmith. Sejauh ini tak ada travel warning atau indikasi kejadian nyata seperti bom Kuningan yang membatalkan penampilan klub bola Manchester United beberapa waktu lalu. Saya cenderung lebih percaya bila keputusan itu adalah murni bisnis. Dan di sini, kelihaian bisnis promotor kita memang bisa dibilang masih "hijau" dibandingkan negara tetangga dengan dukungan pemerintahnya.

Related

promotor 2672892802887065768

Posting Komentar Default Comments

1 komentar

Little Owl mengatakan...

Regardless kesahihan asumsi penulis pada tulisan ini. Ini adalah tulisan yang layak diapresiasi karena memberi perspektif yang menarik dan mungkin saja benar adanya.

Yang pasti point yg mungkin luput dari banyak org adalah bahwa mungkin Indonesia punya potensi yg unggul utk peta musik dunia. Keep on writing good.

Follow Me

-

Ads

Popular

Arsip Blog

Ads

Translate

item