Syarat Haji, Syarat Fisik

Tiba di bandara King Abdul Aziz International Airport (KAIA), kami dijanjikan waktu yang lengang untuk bersiap ihram dan menyesuaikan ke...


Tiba di bandara King Abdul Aziz International Airport (KAIA), kami dijanjikan waktu yang lengang untuk bersiap ihram dan menyesuaikan kedatangan.

Rencana, seperti travel pada umumnya, saya akan menyiapkan gadget agar bisa bekerja koneksi datanya. Penting, pertama untuk komunikasi dengan anggota rombongan yang lain. Rata-rata dari kami sudah memiliki kartu provider lokal (Mobily) yang dibagikan panitia haji sebelum keberangkatan.

Kepentingan kedua tentu untuk travel tools macam google map. Lokasi pemondokan (maktab) masih misteri yang tidak bisa saya temukan sebelumnya. Makkah memang kurang Google-friendly. Bukan apa-apa, petunjuk jalan dan tempat semua menggunakan aksara Arab.

Nah di Jeddah mestinya persiapan itu bisa tuntas. Tetapi kenyataannya kami terus diburu-buru sejak proses imigrasi hingga ganti ihram. Rupanya panitia harus mengantisipasi peak season jelang pekan haji yang membuat kata "mecca" menjadi sinonim kata pusat dalam bahasa Inggris.

Terbukti ketika di perjalanan, kemacetan panjang terjadi di gerbang-gerbang pemeriksaan. Mekkah terlarang untuk non muslim. Yang saya baca di buku Wolfe, razia mereka cukup ketat terutama di musim haji di mana banyak peziarah yang datang tak teroganisir. Selain itu juga jamaah haji yang tadinya tersebar ke Madinah mulai berdatangan ke Mekkah.

Dus, perjalanan Jeddah ke Mekkah yang normalnya 2 jam, kali ini butuh sekitar 5 jam. We, Jakartans, maklum lah ya?

Tiba di Mekkah sekitar Maghrib, kami masih harus menunggu lama untuk sampai ke maktab. Di situs Kemenag dan informasi petugas tak jelas menyebut di sebelah mananya Jarwal (distrik di utara Masjidil Haram) hotel kami berada. Nah, petugas kloter kami juga tidak ada yang paham di mana letak hotelnya.

Bis yang membawa kami ke hotel juga berputar-putar seperti mencari letaknya. Hal itu menyulitkan saya mengingat penanda di sekitar lokasi. Mekkah kota yang sangat berkontur, sehingga lumayan sulit dihapal.

Ketika akhirnya tiba, sekitar pukul 7 malam, kami sudah diingatkan untuk segera istirahat dan mengumpulkan energi lagi. Jam 9 malam, rombongan sudah akan bertolak untuk melakukan tawaf qudum (pembuka), atau rukun umrah bagi pelaksana haji tamattu (satu dari tiga jenis pilihan haji).

Setelah 11 jam penerbangan, dan hampir 10 jam persiapan, ditambah sejam luggage-frenzy, saya sangsi apakah mampu melaksanakan tawaf dan sai lagi secara langsung. Tawaf rata-rata jalan 7x400 meter, dan sai 7x700 meter. Nyaris 8 kilometer.

Selamat datang haji. Yang disyaratkan salah satunya (dan sering diulang) adalah mampu secara fisik dan materi. Well, sekolah Tuhan langsung datang menguji di hari pertama kami tiba di Makkah.

Related

travelogue 5784722354391590205

Posting Komentar Default Comments

Follow Me

-

Ads

Popular

Arsip Blog

Ads

Translate

item