Spider-Man yang Menghibur


Ada tipikal film yang sebelum masuk gedung bioskop kita udah merasa happy. Salah satunya karena ekspektasi yang light, semestinya di beberapa genre film yang digunakan untuk hiburan. Dari sekian, tidak banyak yang mampu menjaga mood ketika keluar bioskop tetap happy. Salah satu yang masuk dan keluar dengan rasa riang ini boleh diberikan ke Spider-Man: Far from Home (FFH) yang tengah tayang di bioskop.

Sekuel dari film sebelumnya, Spider-Man: Homecoming (2017) ini mengambil latar tahun kedua Peter di SMA, usai kejadian Avengers: Endgame. Dijelaskan mengenai fenomena “blip”, alias menghilangnya orang-orang oleh jentikan Thanos. Serta pertanyaan yang menjadi bahan perbincangan ketika di akhir film Endgame digambarkan Peter bertemu teman-temannya setelah 5 tahun menghilang.

Alur cerita film ini, sederhananya, dibagi dua. Yang pertama, sebagai film aksi, FFH melibatkan karakter Quentin Beck (Jake Gyllenhaal) yang mempunyai kekuatan super. Ia, bersama Spider-Man dan Nick Fury coba mengatasi monster-monster yang disebut dengan Elemental.

Alur yang kedua adalah film teen flick/road trip. Setting SMA cocok untuk memberikan tautan romansa dan cinta monyet antara Peter dan sahabat-sahabatnya. Mereka, pada liburan tahun kedua di SMA, tengah wisata ke Eropa. Dua alur terjalin ketika di destinasi pertama mereka, di Venesia (sebagaimana ditampilkan di trailer) muncul Elemental dan Quentin Beck.

Formulasi ini mirip dengan sebagian alur Homecoming yang berbalut study tour ke Washington DC ketika Vulture (musuh Spider-Man) berhasil mendeduksi jatidiri Spider-Man. Masih dengan pak guru Harrington dan teman-teman sekelas Peter. Di antaranya Flash Mob, Ned, dan MJ (Zendaya).

Yang menyenangkan dari FFH ini adalah pembagian porsi yang pas antara dua alur (atau dua genre). Saya tidak merasa keberatan dengan salah satu porsi, dan bisa menerima perpindahan antara drama-komedi ke aksi dengan mulus. Karakter-karakter yang dibuat di sekeliling Peter sangat menghidupkan suasana. Kita bisa menerima dimensi manusiawi dalam aksi solo superhero setelah dua tahun berturut dihujani ensembel karakter.

Banyak guyonan dan referensi kultur pop serta film-film Marvel Cinematic Universe (MCU) sebelumnya. Sehingga, elok juga rasanya sebelum menonton ini mengingat atau menonton kembali film-film yang juga diarahkan produser FFH, Kevin Feige.

Pasca-Avengers (atau setelah Robert Downey Jr), Marvel kini memang tengah mengembangkan ikon baru. Spider-Man-nya Tom Holland ini bisa jadi salah satu opsi karena arc-nya masih amat panjang. Komplikasinya barangkali dengan status “kepemilikan” karakter ini yang ada di tangan Sony. Berbeda dengan karakter Marvel lain yang kini sudah dikantongi Disney.

Namun, menilik kolaborasi di berbagai film sebelumnya, sepertinya petualangan Peter Parker masih akan berkembang panjang. Bisa jadi karakter atau tone pada FFH ini yang akan dikembangkan menjadi dasar konsep MCU fase berikutnya karena relatif senada dengan franchise Marvel yang masih beredar (Guardians of the Galaxy). Pada FFH ini juga mengisyaratkan kontinuitas yang coba dibangun kembali dengan munculnya dua end-credit-scene.

Yang jelas, penonton rasanya tidak akan keberatan dengan formula FFH ini lantaran seperti snack yang bisa disantap ringan. Ringan tetapi tetap pada kualitasnya yang mampu memberikan hiburan.

* Ilustrasi: Helman Taofani

Related

vector 803057218522324746

Posting Komentar Default Comments

Follow Me

-

Ads

Popular

Arsip Blog

Ads

Translate

item