Evaluasi Awal Musim

Paska euforia pengharapan di musim baru, kini saatnya Milanisti menjejak lagi ke tanah... Kedatangan Zlatan Ibrahimovic dan Robinho jelang p...



Paska euforia pengharapan di musim baru, kini saatnya Milanisti menjejak lagi ke tanah...

Kedatangan Zlatan Ibrahimovic dan Robinho jelang penutupan bursa transfer Agustus lalu sempat melambungkan harapan Milan untuk langsung running bersaing di Serie A dan Liga Champions musim ini. Musim lalu, dengan start yang sangat buruk, adalah salah satu dosa yang sebabkan Milan tak bisa lagi bersaing dengan Inter.

Namun apa lacur, 5 partai awal seolah hempaskan kembali mimpi indah para Milanisti untuk dominan di liga domestik. Kemenangan perdana nan meyakinkan lawan Lecce (skor 4-0) menjadi sia-sia lantaran tak diikuti hasil yang diinginkan di laga berikut. Dua kali imbang dan sekali kalah melawan "minnows" adalah aib besar bagi pelatih Massimiliano Allegri. Catania, Cesena dan Lazio adalah lawan yang di atas kertas bisa diatasi menilik preseden awal musim kontra Lecce.

Di Liga Champions, penampilan Milan juga tertolong oleh kelengahan lawan terlemah di Grup G, Auxerre. Milan menyelamatkan poin kandang dengan dua gol serangan balik. Ini sinyal yang harus dievaluasi mengingat masih ada Ajax dan Real Madrid menghadang.

Lalu, sebenarnya apa yang salah ketika satu-satunya penampilan Milan justru datang di masa sebelum ada Ibrahomovic dan Robinho?

Sekali lagi, ini bukti dependensi allenatore Allegri kepada titah patrone Berlusconi. Berlu yang hamburkan duit untuk datangkan "topeng" mercato Milan menuntut mereka yang mahal selalu turun. Problematika ini sebetulnya kisah lama yang recurring kala akhir era Carlo Ancelotti dan suksesornya Leonardo.

Masalah Milan sebetulnya tinggal penajaman formasi lalu, yang sukses kala hadapi Lecce, dengan 4-3-3, trio Pato-Dinho mendukung Borriello. Ketiga striker tersebut mempunyai karakter yang serupa sehingga bisa leluasa bertukar. Kebetulan, ketiganya juga tidak bertubuh raksasa ala bomber, sehingga aliran bola lebih banyak bertukar menyentuh tanah. Milan hasilkan 24 tembakan ke gawang (13 diantaranya mengarah ke gawang) dan 27 usaha umpan silang yang sukses dieksekusi. Bukti berjalannya pola melebar dan koordinasi serangan.

Periode berikut adalah periode keluarnya Borriello, dan datang Ibrahimovic. Skema sedikit berganti karena kini ada sosok bomber di Milan, sehingga Ronaldinho dan Pato sedikit statis. Belum dengan munculnya wacana "fantastic four" untuk memainkan plus Robinho dengan menjadikan Dinho sebagai trequartista. Oleh karena itu, Allegri sempat mencoba alter 4-3-1-2 dengan Dinho menyokong duet Pato dan Ibra. Hasilnya? Nihil!

Dihempaskan Cesena 0-2, lalu seri dengan Catania dan Lazio, masing-masing 1-1. Meski pola berganti, namun skema serangan masih tetap mengusung jejak partai pertama, dengan (masih) banyaknya usaha umpan silang dilakukan, tapi zonder hasil. Partai melawan Cesena masih mencatatkan 27 umpan silang, dengan jumlah tembakan yang menurun. 5 tembakan mengarah ke gawang dari total 19 usaha.

Rasio makin kacau kala 52 umpan silang melawan Catania hanya hasilkan 11 tembakan ke gawang. Ini adalah indikasi bahwa sistem yang ada belum sepenuhnya mendukung adaptasi baru pola serangan Milan dengan personal yang berbeda. Indikasi ini dibaca Allegri yang lantas menyatakan pada partai sebelum Lazio bahwa Milan akan membangun serangan diseputar Ibrahimovic.

Hasil seri 1-1 di Olimpico semalam (22/9) melawan Lazio memang bukan hasil yang menggembirakan. Namun ada setitik (memang sedikit sekali) harapan dari skema serangan, bahwa rasio umpan silang dan tembakan ke gawang mulai naik jadi 1:2 (24 umpan silang, 12 tembakan). Selain fakta bahwa Lazio kini lebih solid (tim pertama yang memaksa Milan menguasai bola dibawah 60%), masuknya Ibrahimovic ke scoresheet juga kabar baik bagi skema Allegri.

PR Allegri kini adalah memaksimalkan konversi peluang menjadi gol (sesuatu yang sudah di-tweak oleh Jose Mourinho dan Rafael Benitez di klub-klub baru mereka). Apalagi di Serie A, dengan lawan yang gemar menumpuk pertahanan berlapis untuk mencegah tim ofensif seperti Milan berpesta. Umpan silang patut diuji kembali efektiviasnya untuk membongkar benteng hebat tim-tim Serie A.

Allegri juga pantas menyimak skema baru yang dibikinnya melawan Lazio untuk disempurnakan. Mungkin rancangannya untuk membangun tim di sekitar Ibrahimovic masih beta-released. Itu termaktub dalam komentarnya usai pertandingan yang menyatakan puas dengan hasil seri di Olimpico. Namun, versi alfa dari strategi baru Allegri harus segera dilepas. Ujian selanjutnya adalah melawan Genoa di San Siro Sabtu (25/9) besok, sebelum melangkah ke Amsterdam untuk tantang Ajax.

Milan memang memantul kembali ke bumi. Namun, dengan utak-atik yang tepat, penurunan di awal musim ini malah bisa menjadi trampolin yang akan melambungkan mereka ke papan atas dengan lebih stabil. Kini, tinggal dinanti hasil sesungguhnya di partai-partai mendatang.

Related

serie a 7102149017723218879

Posting Komentar Default Comments

2 komentar

Ipul dg. Gassing mengatakan...

tim yang terlalu banyak dicampuri oleh pemegang duit...:(
masih mendingan Chelsea deh..meskipun Abramovich juga udah ngeluarin duit banyak tapi setidaknya masih ngasih kelonggaran buat pelatihnya..

Helman Taofani mengatakan...

Ancelotti itu pelatih yang bakal bekerja bagus kalau pressure menurun. Makanya, sepanjang dia di Milan, jarang request pemain dan memanfaatkan rosternya. Jadi ekspektasi dan pressure pimpinan menurun. Tekanan Carletto di Milan naik kala Milan beli Ronaldinho (dengan inisiatif move dari Galliani). Di situ, Berlusconi mulai neken Carletto buat mainin Dinho, dan friksi pun terjadi.

Di Chelsea, Ancelotti ngga ngotot minta beli pemain. Makanya pressure Abramovich ngga gede, dan dia bisa leluasa improvisasi dengan pemain.

Manchester City, pemiliknya kasih kebebasan ke Mancini untuk pakai siapa aja. Pressure belum begitu gede.

Milan hampir sama dengan Madrid.

Follow Me

-

Ads

Popular

Arsip Blog

Ads

Translate

item