Theatrical Experience

Mendengarkan versi lain dari konser musik. Seumur-umur, saya cuma membayangkan bisa menikmati film dokumenter di bioskop. Apalgi tentang mus...

Mendengarkan versi lain dari konser musik.



Seumur-umur, saya cuma membayangkan bisa menikmati film dokumenter di bioskop. Apalgi tentang musik, dan makin sahih bila musiknya rock. Bukan apa-apa, namun musik rock layak memperoleh tata suara yang menggelegar seperti halnya sound system THX atau Dolby yang dipunya gedung bioskop.

Beberapa waktu lalu ada "Shine a Light", film dokumentari tentang The Rolling Stones garapan Martin Scorcese yang tayang di bioskop lokal. Sayang, lokal di sini berarti Jakarta, dan waktu itu saya masih tinggal di Surabaya.

Sementara, di luar negeri, screening atau penayangan dokumenter (termasuk video konser) kerap dipanggungkan di layar perak. Festival macam Toronto, Sundance, dan sebagainya apresiatif terhadap film seperti "Some Kind of Monster" (dokumenter Metallica). Bahkan, belakangan, beberapa label memanfaatkan bioskop sebagai sarana promosi video konser yang mereka rilis.

Foo Fighters belum lama mendapatkan privilese untuk menayangkan video konser mereka dalam rangka promo album baru. Sementara Pearl Jam memulainya sedikit lebih awal dengan dapatkan kesempatan screening video Immagine in Cornice di bioskop tertentu pada 2008. Tahun ini, hajatan mereka sedikit meluas dengan rencana merilis film dokumenter "PJ Twenty" ke banyak jaringan bioskop. Penggemar tentu akan mendapatkan pengalaman menarik yang mungkin hampir setara dengan menonton konser. Bedanya, ini bisa mengapresiasi aspek audio dan visual sekaligus.

Maka, inilah yang kemudian mendorong saya ingin mendapatkan pengalaman serupa. Kabar baik datang dari twitter JIFFest yang menyatakan PJ Twenty bakal dimasukkan dalam list film mereka. Melongok pengalaman tahun lalu, saya berharap bahwa film tersebut akan dilayarkan dalam fasilitas bioskop. Kembali ke hasrat mendengar musik kesukaan dalam tata suara Dolby.

JIFFest paling cepat ada di kuartal akhir 2011. Dan saya sudah tidak sabar untuk mendapatkan pengalaman. Kebetulan, akhir Mei ini Eddie Vedder merilis DVD konser solonya untuk kali pertama.

Kabar dari Belanda menyebut bahwa label yang mengedarkan DVD Vedder yang berjudul "Water on the Road" tersebut akan mengadakan screening di bioskop. Wah, betapa beruntungnya mereka. Dirilis juga dalam format Blu-Ray, artinya tim pembesut film tersebut tentu punya bekal audio-video yang prima. Ini tentu akan seru disaksikan di fasilitas yang advance.

Namun sedikit sembrono bila saya berharap pihak label akan adakan screening di sini. Boro-boro nonton bareng, edar versi lokal saja belum keruan realisasi.

Beruntung di Jakarta ada beberapa mini-theatre. Home theatre yang bisa disewa. Antaranya adalah Subtitles di Dharmawangsa, Flicker di Bangka Raya, dan Indies di Tebet Raya.

Melalui survei, tampaknya Subtitles adalah yang paling siap. Dengan keberadaan banyak ruang pirsa yang diberi nama menurut sutradara terkemuka (Felini, Wong Kar Wai, dan Almodovar) artinya bisa menampung lebih banyak orang. Dan sound serta perangkat mereka juga sangat lumayan untuk memberikan dimensi yang berbeda dari menonton DVD konser.

Subtitles bisa menampung 8-12 orang per ruangan, dan beruntung juga saya punya komunitas Pearl Jam Indonesia yang bisa diajak berbagi. Kami akan merasakan pengalaman menonton video konser bersama-sama dengan mem-booking 3 ruang pirsa di Subtitles untuk menonton Water on the Road.

Ini tentu akan menjadi pengalaman yang menyenangkan, sekaligus pemanasan sebelum menonton PJ Twenty di bioskop yang besar. Plus, dengan antusiasme bagus (semoga), bukan tidak mungkin agenda semacam ini bisa lebih sering diadakan.

Gelegar musik rock dalam tata suara yang megah. Majestic!

Related

random notes 7393645075309101461

Posting Komentar Default Comments

2 komentar

iPul dg.Gassing mengatakan...

huh..!!
mentang-mentang udah tinggal di Jakarta :P

Helman Taofani mengatakan...

Di Surabaya susah nyari barengannya...hehehe.

Follow Me

-

Ads

Popular

Arsip Blog

Ads

Translate

item