Kunci Sukses Kaka

Pemain yang balik ke klub lama tidak ada yang sukses. Setahu saya memang ada ujaran mirip hal itu, tapi untuk pelatih. Dilontarkan pela...


Pemain yang balik ke klub lama tidak ada yang sukses. Setahu saya memang ada ujaran mirip hal itu, tapi untuk pelatih. Dilontarkan pelatih yang pernah membawa Sampdoria scudetto pada 1991, Vujadin Boskov, ujaran itu lantaran dikenal dengan istilah "Dalil Boskov".


Rasanya Dalil Boskov bukan ditujukan untuk pemain (so, Mourinho akan gagal?). Tapi memang susah mengingat-ingat pemain yang punya karier sukses seri kedua di sebuah klub. Nama gagal banyak. Ambil contoh Thierry Henry (Arsenal) atau Andriy Shevchenko (Milan). Bila masih butuh nama lain, silahkan simak apa yang terjadi di second stint aksi Fabio Cannavaro bersama Juventus dan Hernan Crespo dengan Parma. Maka, menyusul heboh berita Kaka kembali ke MIlan, apakah ia akan gagal?

Mencari preseden yang sukses di Eropa memang susah. Tapi di Amerika Latin banyak. Juan Sebastian Veron misalnya, yang kembali ke Estudiantes dan sukses. Kompatriot La Brujita juga sukses, Roman Riquelme kembali dengan sukses ke Boca setelah petualangannya di Eropa bersama Barca dan Villareal.

Apa faktor yang menyebabkan satu sukses, dan satu tidak?

Episode gagal terjadi di Eropa, di mana tekanan lebih besar daripada mereka yang berkompetisi di Amerika Latin. Liga Argentina adalah kompetisi feeder dengan komposisi pemain muda jauh lebih banyak dibanding pemain senior. Pemain jagoan di usia matang sudah diambil oleh klub-klub Eropa. Jadi, ketika para eks bintang itu pulang kampung, ia masih berkesempatan menjadi pemain paling jago. Pengalamannya bisa menjadi nilai lebih ketika bermain dengan sekumpulan bocah naif yang berusaha memikat pemandu bakat klub Eropa.

Sedangkan yang dihadapi Henry, Shevchenko, dan Crespo adalah puncak piramida sepakbola dunia. Mereka masih harus bersaing dengan nama top serta mendapatkan tekanan untuk mengulang nama besar. Ketika kembali ke Arsenal, Henry mendapati skuad Arsenal dengan pengalaman tinggi. Dirinya menjadi tak terlalu berbeda dengan Theo Walcott misalnya.

So, kembali ke pertanyaan apakah Kaka akan gagal bersinar di petualangan keduanya bersama Milan?

Secara teori, probabilitas gagal (setidaknya tak terlalu bersinar) di atas 60%. Kaka bisa revive kariernya kembali hanya bila ia kembali ke Brasil. Tapi ada variabel 40% yang memungkinkan situasi berbalik. Itu adalah atmosfer klub dan pendukung.

Mark Van Bommel menjelajah ke banyak klub, termasuk Milan, sebelum pulang kandang ke PSV Eindhoven selama dua musim. Hal yang sama juga dilakoni Philip Cocu. Episode kedua mereka relatif sukses. Tapi Eredivisie hampir sama dengan Liga Argentina. Ia adalah feeder klub di Eropa. Ketika Van Bommel dan Cocu kembali, mereka menjadi panutan bagi pemain muda PSV. So, situasi ini wajib diemulasi di Milan bila ingin menciptakan atmosfer bermain yang nyaman bagi Kaka. Bekalnya ada. Milan diisi sekumpulan anak muda naif dan membutuhkan banyak pengalaman. Di sini peran Kaka bisa menonjol. Milan harus menempatkan Kaka sebagai leader.

Yang kedua adalah menciptakan suasana rumah. Poin ini rasanya sudah cukup terpenuhi bila melihat sambutan suporter. Berbeda dengan edisi Shevchenko yang ketika pulang disambut dingin - lantaran kepindahannya karena uang. Pelatih Allegri juga menyatakan mendukung Kaka. Bahkan, seluruh Italia juga menyambut Kaka. Berkali-kali media dan klub menyebut Kaka pulang ke rumah. Bentornato a casa.

Sekarang tinggal menunggu aksi debut Kaka melawan Torino pekan depan. Sebagai tifoso Milan, 75% Kaka yang dulu sudah lebih dari cukup untuk membuat Rossoneri trengginas.

Related

milan 7757367826560938273

Posting Komentar Default Comments

Follow Me

-

Ads

Popular

Arsip Blog

Ads

Translate

item