Antara Nirvana dan Pearl Jam (2)

Setelah tur penuh bencana dengan Nirvana, Mudhoney akan menjalani enam konser dengan band Seattle lain yang jauh lebih korporat - menurut ...

Setelah tur penuh bencana dengan Nirvana, Mudhoney akan menjalani enam konser dengan band Seattle lain yang jauh lebih korporat - menurut mereka. Apakah akan menjadi bencana tambahan? Simak nukilan lanjutan dari buku Keith Cameron berjudul "Mudhoney: The Sound and the Fury from Seattle" ini.


Bila tekanan bisa diibaratkan dengan angka, maka Pearl Jam di akhir November 1993 adalah koordinat puncaknya. Setelah sukses besar dengan Ten, album baru mereka (Vs) terjual 950.000 kopi dalam seminggu. Mereka melakukannya tanpa video, tanpa wawancara dengan pers. Sementara Nirvana malah melakukan sebaliknya dengan membuat video berbiaya mahal dan menjadi kover Rolling Stone. Sekarang giliran Pearl Jam yang akan membawa Mudhoney ke tur mereka. Kata mereka sih, Mudhoney akan diajak bersenang-senang.

Ide untuk membawa Mudhoney datang dari Eddie Vedder yang bertindak sebagai orang ketiga untuk mendamaikan Green River. "Ed menanyakan ke Stone dan aku, 'Bagaimana bila kita ajak Mudhoney untuk tur?'" kata Jeff Ament. "Tampaknya ini momen yang tepat untuk kembali ke masa lalu dan berdamai. Masih ada sedikit ketegangan gara-gara apa yang dikatakan Kurt Cobain di media. Kurt hanya mengkopi apa yang dikatakan Mark bertahun-tahun sebelumnya. Kurt tak kenal kami, dan dia tidak punya dasar untuk membenci kami atau musik kami. Well, itu lain hal, tapi memang kami semua tersinggung dengan pernyataan Kurt.

Jadi tur bersama Mudhoney akan menjernihkan pikiran, dan memang benar. Pada akhirnya kami semua bilang, 'Wah, kenapa kita nggak tur bareng dari dulu?' Momen itu membuat aku kembali mengenang kenapa kami (Stone, Jeff, Mark, dan Steve Turner) sangat klik."

Bagi Mudhoney, tur dengan Pearl Jam justru menjadi kebalikan dari pengalaman mereka bersama Nirvana. Penonton mungkin tak terlalu bergairah dengan Mudhoney, tapi atmosfer di belakang panggung dan sepanjang tur bisa mengompensasi hal itu.

"Show kami payah," kata Dan. "Kita bersenang-senang, tapi memang semua orang hanya ingin melihat Eddie. Ngga apa. Mereka juga nggak melempari atau meneriaki kami. Hanya duduk santai dan menunggu Eddie. Tapi tur itu membuka mata kami.

Pearl Jam adalah band yang bisa dicontoh bila kita ingin tahu bagaimana menjalankan segala sesuatunya di dunia rock. Mereka memperlakukan orang dengan penuh respek. Orang-orang di sekeliling mereka juga sangat baik dan jujur."

Suasana backstage memang sangat akrab. Makanan dan minuman dibagi bersama, ada meja ping-pong dan arena skateboard bersama. Pada konser ketiga, set Pearl Jam bahkan diakhiri dengan reuni Green River. Chuck Treece dari band pembuka, Urge Overkill, gantikan Alex Shumway yang saat itu bermukim di Jepang. Mereka membawakan "Swallow My Pride" dan "Ain't Nothing to Do". Aksi ini diulangi di penghujung tur, kali ini dengan Dan Peters dan Dave Abbruzzese di belakang drum.

Bagi Mudhoney, tur bareng Pearl Jam memberi kesimpulan bahwa sukses komersial tidak melulu diiringi dengan sikap rockstar. Bahwa tur dengan Nirvana, yang mereka pikir bakal fun karena kesamaan idealisme, akhirnya malah menjadi bencana karena perilaku rockstar tersebut.

Reuni dengan eks member Green River membawa Mark dan Steve mengenang masa mereka ketika membuka Public Image Ltd di Paramount Theatre pada 26 Juni 1986. Mereka menghadapi audiens PIL dan dilempari oleh penonton. Untuk pengalaman ini, Jeff dan Stone tidak ingin mengulangi pengalaman yang sama bagi Mudhoney.

"Ketika Mudhoney tur bareng kami, semua kru kami adalah kru mereka," kata ament. "Pearl Jam berusaha membuat Mudhoney merasa nyaman."

Hubungan kedua band makin kuat di kemudian hari. Empat bulan kemudian, mereka tur bersama lagi selama empat bulan, bermain di arena dengan lebih dari 10.000 penonton.

Related

pearl jam 4503619123517391490

Posting Komentar Default Comments

Follow Me

-

Ads

Popular

Arsip Blog

Ads

Translate

item