Milan dan "Mercato"

Saya menggemari AC Milan dan mulai menyimak sepak terjang mereka ketika musim 1996/1997. Waktu itu mereka membeli duet Belanda dari Ajax, ...

Saya menggemari AC Milan dan mulai menyimak sepak terjang mereka ketika musim 1996/1997. Waktu itu mereka membeli duet Belanda dari Ajax, Edgar Davids, dan Michael Reiziger. Belanda terakhir dari trio keemasan, Marco Van Basten, pensiun setahun sebelumnya akibat cedera yang tak kunjung pulih.


Milan waktu itu mengawali era baru pasca Fabio Capello hengkang ke Real Madrid. Oscar Tabarez ditunjuk melanjutkan estafet rezim penuh prestasi dari era The Dream Team Arrigo Sacchi, dan The Invincibles Capello. Stok pemain masih melimpah di Milan, diperkuat Franco Baresi, Paolo Maldini, Alessandro Costacurta, Roberto Baggio dan George Weah - pemain terbaik dunia. Tapi prestasi di akhir musim tak ada yang berani menduga. Milan terpuruk di peringkat ke-11 dari 18 peserta, memaksa pergantian pelatih, memanggil kembali Sacchi.

Musim berikutnya, usai menjalani mimpi buruk (setelah selalu di awang-awang sewindu sebelumnya), Milan mengontrak kembali Capello. Jilid dua Capello tetap berantakan. Milan finish di posisi 10, sehingga Don Fabio mundur dan digantikan Alberto Zaccheroni. Musim setelahnya, Milan baru bisa bangkit ketika menjuarai scudetto di tahun pertama Zac menukangi Rossoneri. Dengan sedikit tweaking, ia bisa meramu bintang Milan yang dulu redup, seperti Zvonimir Boban, yang dipadukan dengan pemain binaannya di Udinese: Thomas Helveg dan Oliver Bierhoff.

Tahun berikutnya, Milan mengalami pasang-surut, tetapi yang terburuk hanyalah terlempar dari 4 besar di musim transisi tahun 2000/2001 ketika tiga kali pergantian pelatih mendaratkan Milan di posisi enam Serie A.

Era Carlo Ancelotti adalah tahun stabil. Milan selalu lolos ke Liga Champions di posisi 4 besar. Tifosi tenang, tetapi di masa ini sebenarnya korosi terjadi. Tetenger pertama adalah dijualnya Andriy Shevchenko ke Chelsea pada tahun 2006. Kondisi finansial Milan dikatakan tak mampu membayar tuntutan gaji Sheva dan harus merelakan striker Ukraina tersebut hengkang ke Stamford Bridge. Sheva adalah aset paling mahal dari Milan setelah mencetak 19 gol di Serie A musim sebelumnya.

Sejak saat itu Milan selalu menjual bintang di setiap musim. Tahun 2006, ketika didakwa bersalah di calciopoli, Milan sekarat mempertahankan bintangnya untuk tidak pergi. Dalam biografinya, Andrea Pirlo menyatakan musim itu adalah momen di mana para pemain mulai menghitung valuasi mereka untuk menawarkan diri ke klub lain.

Tahun 2009, Kaka dijual ke Real Madrid untuk rekor transfer yang hanya bertahan sesaat. Momen ini adalah kulminasi dari serangkaian rumor yang mengatakan Kaka akan hengkang dari Milan. Adriano Galliani senantiasa menyebut krisis finansial Liga Italia yang menyebabkan klub Serie A hilang pamor untuk mempertahankan bintang. Saat itu sebagian orang percaya.

Tapi borok tak bisa disembunyikan, neraca Milan terus merosot. Reputasi klub sebagai elit pembeli berubah menjadi reseller. Tahun 2011, Milan meminjam Zlatan Ibrahimovic dan membelinya dari Barcelona semusim kemudian. Hanya setahun dimiliki, Ibra dilepas ke PSG bersama dengan Thiago Silva - dua bintang di musim sebelumnya. Kevin Prince Boateng yang bermain bagus sejak datang dari Portsmouth, berubah jadi aset yang dijual klub ke Schalke.

Untuk menutupi borok, Galliani biasanya menjanjikan bintang pengganti bagi pemain yang pergi. Ricardo Oliveira didatangkan dari Betis untuk menggantikan Shevchenko. Lantas di tengah musim Ronaldo gendut didatangkan dari Madrid. Pada tahun kepergian Kaka, Galliani membeli Klaas Jan Huntelaar sebagai pengganti. Keputusan yang dicela oleh Pirlo melalui biografinya. Momen itu, menurut Pirlo, adalah simbol kejatuhan manajemen Milan di kancah mercato, atau bursa transfer.

Lalu ketika Zlatan dan Silva pergi, Galliani mendatangkan Mario Balotelli di tengah musim untuk meredakan emosi fans yang kecewa lantaran mereka membeli tiket terusan dan jersey dengan gambar Ibra dan Thiago di dalamnya.

Mario besar di Brescia, sekitar sejam perjalanan di timur Milan. Sejak kecil ia mengaku mendukung Milan, meski dibesarkan oleh akademi Internazionale. Ketika kembali ke "rumah", Mario digadang-gadang menjadi bintang baru yang akan membawa Milan melejit.

Separuh musim penampilan Mario di Milan sungguh menjanjikan. Rasio gol yang ia cetak mendekati satu gol per pertandingan. Musim berikutnya, atau musim lalu, Mario menjalani musim penuhnya bersama Milan. Prestasi Milan buruk, Mario menjadi salah satu yang disalahkan. Meski mencetak jumlah shot-on-goal tertinggi di Serie A, dan menjadi top scorer klub, Milan memutuskan untuk tidak membangun tim di sekitar Mario.

Kamis (21/8) ini Mario dijual ke Liverpool dengan harga persis ketika Milan membeli Mario dari Manchester City, yaitu 20 juta Euro. Usia Mario 24 tahun, top scorer klub musim lalu, andalan timnas Italia, dan striker dengan jumlah shot-on-goal tertinggi di Serie A. Ia dijual dengan harga sama dari setahun silam.

Sepanjang saya mengikuti Milan, dua musim ini adalah bukti bahwa klub tidak lagi masuk kancah elite. Mario adalah pemain bintang terakhir yang ada di skuad Milan saat ini. Sisanya adalah pemain medioker dan calon bintang, yang rasanya bila musim ini bermain gemilang, akan dijual lagi pada musim berikutnya.

Lalu untuk apa uang 20 juta dari penjualan Balotelli? Publik mulai berspekulasi akan datangnya pengganti yang setara. Dari Radamel Falcao, Jackson Martinez, hingga Rabiot. Mungkinkah?

60 juta dari penjualan Ricardo Izecson Dos Santos Leite pada tahun 2009 digunakan Milan untuk membeli penggantinya. Mengutip Pirlo, cazzo Klaas Jan Huntelaar, seharga 12 juta dari Real Madrid. Ke mana 48 juta sisanya?

Di masa terburuk mereka, 1996-1998, Milan tetap punya dignity sebagai klub elit Eropa. Mereka tetap menjadi magnet bintang. Kini adalah era di mana seorang Adil Rami harus rela merogoh kocek pribadi guna membantu pembayaran biaya transfer dirinya ke Milan. Kini adalah era di mana Milan menemui karang untuk negosiasi dengan tim promosi Liga Inggris untuk seorang Adel Taraabt. Adel fucking Taraabt.

Kini adalah era di mana tifosi harus bersiap pengganti Mario Balotelli tak akan se-high profile Radamel Falcao. Barangkali yang paling realistis adalah Fabio Borini. Striker kesekian yang bahkan tak mampu bersaing dengan seorang Ricky Lambert di Liverpool. Fabio fucking Borini.

Kini adalah era Milan yang hanya berhasil menjual kurang dari 15.000 lembar tiket terusan dari total kapasitas San Siro yang mencapai 89.000. Tifosi harus sadar, bahwa uang yang mereka investasikan juga harus kembali. Di saat Roma, Juventus, dan bahkan Udinese mereformasi manajemen mereka, Milan masih menggunakan hitungan dagang lama. AC fucking Milan.

Musim depan bukan tidak mungkin era kembali berputar ke era 1996. Tapi kali ini diperparah dengan situasi finansial yang sangat payah.

Related

shevchenko 1663184112792619603

Posting Komentar Default Comments

1 komentar

laurentsvytdomar mengatakan...

akankah datangnya Mr. Bee bisa membantu? semoga. Forza Milan~
optimis (harus) realistis

Follow Me

-

Ads

Popular

Arsip Blog

Ads

Translate

item