Konser Bon Jovi dan Ekspektasi Pasar Nostalgia

Sekitar tiga bulan lalu, Live Nation Indonesia mengumumkan konser Bon Jovi di Jakarta, yang dihelat pada 11 September 2015. Merujuk pa...


Sekitar tiga bulan lalu, Live Nation Indonesia mengumumkan konser Bon Jovi di Jakarta, yang dihelat pada 11 September 2015. Merujuk pada tanggal itu berarti Jakarta akan menjadi konser pembuka tur promosi album baru, Burning Bridges (rilis Agustus 2015). Wah, ini akan menantang!

Apa pasal? Konser pembuka tur, pertama dalam dua tahun, bisa jadi bitter-sweet. Pahitnya, tidak ada bocoran setlist, ditambah repertoir juga masih bersifat eksperimental. Oleh karena itu, beberapa band kadang ada yang membuat rehearsal concert sebagai ujicoba jelang tur. Manisnya, konser berpotensi spesial, lantaran yang pertama. Juga mendapatkan privilese bagaimana lagu-lagu di album baru dibawakan live.

Bon Jovi pernah tandang ke Jakarta, tahun 1995, ketika tur Cross Road. Kini, dua dekade kemudian, ada tambahan 7 album lagi dari band asal New Jersey, Amerika Serikat itu. Beda yang lain, mereka sayang tanpa Richie Sambora, boleh dibilang ikon selain Jon. Gitaris Phil X akan menjalani debut konsernya. Tico Torres dan David Bryan masih setia mendampingi Jon.

Sebagai setlist-watcher, saya merujuk pada konser di Brisbane, dua tahun silam, sebagai rujukan untuk belajar materi lagu yang akan dibawakan Bon Jovi. Seperti apa komposisinya. Tur terakhir Bon Jovi, 2013, berakhir di Benua Kanguru. Mereka tampak bersenang-senang di sana, membawakan 20-an lagu. Kadang sampai double encore.

So, saya setidaknya berharap akan ada 23-an lagu, rerata jumlah sepanjang tur 2013. Komposisinya agak stabil, separuh dari diskografi paska 2000 (setelah Crush), separuhnya lagi dari sebelum milenia (hingga These Days).

Pukul 20.30 WIB, setelah cue lagu AC/DC mengakhiri playlist yang diputar PA, Bon Jovi membuka konser Jakarta dengan "That's What the Water Made Me". Ini lagu pembuka yang sama, dari album What About Now, dengan tur 2013. Agak kaget mereka tidak membawa lagu dari album baru sebagai pembuka.

Bila biasanya "You Give Love a Bad Name" langsung memanaskan suasana pada urutan dua, kali ini diselang 2 lagu post-milenial lainnya. Oke, bicara demografi, rasanya 80% orang yang hadir di GBK malam itu menanti sekuel konser Cross Road (album kompilasi hits). Artinya, paham dengan greatest hits pre-milenial, tapi buta dengan apa yang terjadi setelah Bon Jovi merilis "It's My Life".

Tiga lagu awal menjadi porsi para perempuan untuk termehek-mehek dengan Jon, yang berulang kali disorot oleh layar lebar. Baru ketika band bersamaan menyanyikan " Shot through the heart...", GBK erupsi. Agak telat panas? Mungkin.

Melanjutkan konser, setlist agak bisa ditebak. Back to back dibawakan lagu post-milenial dan pre-milenial. Jadi bila menakar atmosfer penonton, yang jelas menunggu "Always", atau " Never Say Goodbye", agak naik-turun. Selagu teriak, lagu berikut diam. Ada beberapa fans yang singalong konsisten, tapi tak cukup membantu.

Baru jelang akhir main set, suasana cukup menghangat karena beberapa lagu klasik dibawakan. Bon Jovi menutup set utama dengan "Keep The Faith" dan "Bad Medicine" sebelum pamit ke backstage.

Ketika kembali, suasana masih terjaga hangat dengan "Runaway" dibawakan membuka sesi encore. Bahkan sampai di sesi ini, formula post-milenial dan pre-milenial masih dijalankan. "Have a Nice Day" menyusul, dan dilanjutkan "Livin' on a Prayer". Lagu yang disebut terakhir ini sepertinya yang paling seru. Penonton menyanyi dan melompat. Akhirnya GBK kembali ke khittah rock-nya.

Hanya, selepas Prayer, Jon berterima kasih dan memberi gestur sudahi konser. Bagi para penonton yang terlanjur loncat girang, tentu kaget. Pesta baru dimulai, lalu bubar?

Hitungan lagu sudah menginjak angka 20. Cukup banyak sebenarnya. Hanya saja, audiens masih berharap lagu-lagu klasik dibawakan. Rasa penasaran mereka sepertinya masih mampu menampung barang 3-5 lagu lawas.

Tak ada lagi encore, meski penonton sudah berteriak " We want more". Jamaah kentang (kena tanggung) seperti tak percaya kala kru membereskan alat di panggung, lalu lampu stadion dinyalakan. Wait, ini betulan berakhir?

Beberapa bercakap, "Kok ngga ada Always? Blaze of Glory mana? Lah, belum Never Say Goodbye."
Jujur, saya termasuk yang kaget konser berakhir. Mungkin bukan karena menunggu lagu tertentu, tapi lebih kepada konser usai kala atmosfer memanas. Sayang sekaligus kentang. Segera, sebagaimana homo sosmedus, saya memuntahkan kekecewaan di Path.

Tapi setelah mengendap semalam, terlepas dari sound yang kurang oke (dan performance yang kurang energik dari Jon), setlist sebetulnya baik-baik saja. Komposisi lagunya fair, seperti ciri khas tur sebelumnya. Salahkan pada penonton yang abai bahwa Bon Jovi adalah band aktif yang produktif menghasilkan lagu. Bukan band greatest hits yang menggelar tur nostalgia. Live Nation, penyelenggara konser, sudah mengingatkan penonton agar mempelajari materi post-milenial via akun Twitter @bonjovijakarta.

Komposisi atau struktur setlist, salahkan saja pada kondisi Jakarta digunakan sebagai kota pembuka tur setelah dua tahun vakum. Promotor dan penyelenggara tak punya banyak kuasa untuk memberi masukan setlist, karena band juga akan menggunakannya sebagai rehearsal. Menyimak hasil di GBK, patut dinanti bagaimana struktur setlist di konser selanjutnya. Apalagi Bon Jovi bukan penganut fixed-setlist.

Terakhir, build up sebelum konser banyak dikipasi stasiun radio yang berlomba memutar lagu Bon Jovi. Paling sering tentu saja "Always" yang boleh dikata hits paling beken di sini. So, ketika konser gagal membawanya?

Agak sayang memang, konser yang diharapkan jadi pembuka gelaran akbar ini berakhir lumayan antiklimaks. Tapi setidaknya memberi gambaran bahwa di genre rock, pasar Indonesia adalah pasar nostalgia. Band yang move on dan produktif seperti Bon Jovi harap bersiap menerima gerutu karena tidak membuat setlist nostalgia.

Kalau begini, salah siapa ya?

Salah gue? Salah temen-temen gue?

Related

STICKY 5631193143409165739

Posting Komentar Default Comments

3 komentar

Unknown mengatakan...

salahkan Richie brooo ....

Gina mengatakan...

Ah kaga ada sebijik pun dr these days. *pundung. Nice writing btw

jaluardez mengatakan...

Saat encore mulai, banjir penonton baru masuk di festival B. konon pintu jebol. mereka yg baru masuk ini banyak fans, terlihat dari bibir yg komatkamit ikut nyanyi. festival B makin padat dan ramai. kupikir mereka ini yang nambah energi buat babak akhir konser. mereka l, yang cuma dapat empat lagu encore, tentu kaget begitu tau konser bubar. aku bukan fans, maka i had enough with 20 songs. cukuplah ikut nyanyi keep The faith dan Saturday night.

Follow Me

-

Ads

Popular

Arsip Blog

Ads

Translate

item