Ludwig dan Kastilnya



Sebelum membahas Neuschwanstein Schloß, baik juga kiranya mengerti sejarah kastil. Oke, yang pertama mulai dari membedakan kastil dan istana.

Kastil dibuat untuk kepentingan pertahanan. Kadang di dalamnya berupa istana, kadang juga bukan. Sedangkan istana adalah kediaman penguasa. Di dalamnya ada singgasana dan tempat ia mengatur pemerintahan atau kerajaan.

Istana belum tentu berada di dalam kastil. Kastil awal yang tercatat, buatan orang Normandia, digunakan untuk melindungi bahan pangan dan harta benda. Letaknya di atas gundukan, dan dipagari. Di bawahnya adalah tempat binatang ternak dan penduduk. Juga dipagari.

Zaman berkembang, bahan baku bangunan juga berubah. Kastil makin kokoh dan diadopsi sebagai pusat pertahanan. Kastil biasa dibuat dengan lapisan pertahanan, dari dinding berlapis hingga parit di sekitar. Kastil memungkinkan ditutup untuk fungsi pertahanan sehingga mengembangkan taktik perang pengepungan (siege warfare).

Kastil yang sempurna memiliki dukungan alam yang baik untuk pertahanan. Misalnya berada di atas bukit, di tengah aliran sungai, atau kondisi yang memungkinkan akses menuju kastil terbatas. Di abad pertengahan Eropa, banyak kastil dibangun di atas bukit. Karena dibangun dengan cukup besar, banyak juga kerajaan yang kemudian memindahkan istananya ke dalam kastil.

Kastil mengalami penurunan tren ketika bubuk mesiu mulai ditemukan. Ketika meriam sudah umum digunakan, maka kastil menjadi kurang berguna lagi. Taktik perang pengepungan menjadi tidak bisa lama. Banyak kastil kemudian hancur dan istana justru pindah mendekati kota atau bahkan di pusat kota.

Kurang lebih, pada abad ke-15 kastil sudah tidak diminati lagi. Hal itu berbanding lurus dengan turunnya abad monarki absolut. Kekuasaan raja mulai terbatas dengan banyaknya revolusi rakyat dan pemahaman mengenai demokrasi. Di abad ke-19, kerajaan hanya menjadi simbol. Kekuasaan dipimpin oleh politisi sebagai wakil rakyat.

Pada abad tersebut para raja kemudian mendambakan lagi nostalgia kekuasaan absolut. Tak terkecuali Ludwig II, Raja Bavaria.

Ludwig II mengagumi Louis XIV (Ludwig, Lodovico, Ludovic, Luis, Lluis, Lloyd, Luis adalah kata yang sama) dari Perancis, kira-kira raja monarki absolut terakhir sebelum Revolusi Perancis bergolak. Ia (Louis XIV) terkenal dengan sabdanya: “Negara adalah aku”.

Ludwig II juga senang dengan romantisme istana dan kastil abad pertengahan. Ia pernah mengunjungi berbagai istana di penjuru Eropa. Dari Konstantinopel (Istanbul) hingga Granada.

Kakek Ludwig II, Raja Maximilian, kebetulan mempunya “lahan” berupa dua reruntuhan kastil di wilayah Füssen, yaitu Hohenschwangau dan Schwanstein. Kastil pertahanan di atas bukit, dengan latar Alpen dan pandangan menghadap danau. Sungguh romantis.

Ketika naik tahta, Ludwig II yang kuasa politiknya semu, segera menghabiskan uangnya untuk merestorasi dua kastil tersebut. Proyek ambisiusnya adalah membuat kastil dan istana impian, terutama di reruntuhan kastil Hohenschwangau yang posisinya sempurna di atas bukit.

Ia mencontek bangunan dari mana-mana, yang pernah dikunjunginya. Di dalamnya juga dilengkapi berbagai lukisan berisi adegan cerita opera klasik. Pada masanya, ia kerap menghadiri pertunjukan opera dengan komposer favoritnya, Richard Wagner.

Ludwig II bisa dibilang obsesif terhadap Wagner dan karyanya sehingga membangun kastil di atas reruntuhan Hohenschwangau sebagai bentuk tributasi. Lukisan dari lakon magnum opus Wagner, Parzival, menjadi tema di banyak dekorasi istana.

Dalam perjalanan, reruntuhan Hohenschwangau ternyata sulit dibangun ulang sehingga Ludwig II memerintahkan untuk membangun dari awal. Proyek memakan dana besar (hasil berhutang) dan selesai 3 dekade kemudian.

Di saat yang paralel, Ludwig II juga membangun kastil yang tak jauh dari Hohenschwangau, yaitu kastil Schwanstein. Keduanya selesai nyaris pada saat yang sama. Ludwig II memutuskan untuk menukar namanya. Schwanstein menjadi Hohenschwangau. Dan sebaliknya menjadi Neuschwanstein (Schwanstein baru).

Secara pribadi, Neuschwanstein menjadi favorit Ludwig II karena dibangun dengan tingkat kerewelan tinggi. Mulai dari menara, lukisan dekorasi, dan berbagai demonstrasi untuk membuat negeri dongeng yang menarik baginya. Istana selesai, Ludwig II tinggal di sana, ironisnya hanya kurang dari setahun.

Ia dimosi tidak kompeten memimpin Bavaria karena obsesinya. Ludwig II dipanggil sebagai “Mad King”. Selain itu ia juga sakit-sakitan. Dewan rakyat Bavaria memanggilnya ke Munich, dan secara misterius ia meninggal pada malam sebelum dipanggil sidang esok harinya.

Istana-istana Ludwig kemudian diambil alih komisi pemeliharaan yang langsung membuka kastil untuk wisatawan tujuh hari setelah Ludwig meninggal. Pilihan yang mungkin agak tidak etis tapi terbukti efektif menaikkan pendapatan Bavaria lantaran Neuschwanstein kemudian kebanjiran pengunjung.

Oleh kurator dan sejarah, Neuschwanstein dianggap sebagai kitsch. Mungkin sama seperti kita memandang Istana Boneka di Taman Mini. Namun, bagi masyarakat umum, Neuschwanstein masih diminati karena memang membangkitkan romansa. Kastil tersebut kemudian menjadi model bagi istana dalam film Disney, Cinderella, yang lantas juga jadi ikon Disneyland di mana-mana.

Cut to later, sampai sekarang Neuschwanstein masih banjir pengunjung. Untuk mengakses istana, kita bisa mulai dari kota Füssen (sejam berkereta dari Munich). Lalu naik bis ke Hohenschwangau. Tiket bisa dibeli di tourist village untuk bisa masuk sesuai jam yang available. Tidak setiap saat kastil bisa dimasuki.

Untuk naik ke atas (kastil ada di atas bukit), pengunjung bisa menggunakan kendaraan pribadi, shuttle bus, atau kereta kuda (Disney sekali). Bisa juga trekking, sekitar 1,5 km. Sampai di atas, pengunjung harus menunggu di hall atau gerbang hingga jam masuk sesuai tiket.

Kapasitas masuk per-batch di batasi, dan pengunjung mendapatkan audio guide yang akan menjelaskan bagian per bagian kastil. Tur berakhir di dapur kastil dan toko suvenir. Selama di dalam kastil, dilarang mengambil gambar meski dengan ponsel. Ruangan yang dijelajahi juga sesuai dengan alur dan audio guide. Ketat sekali.

Audio guide juga menjelaskan dengan detil tiap bagian kastil. Dari ruang tahta, kamar Ludwig, grotto, hingga makna lukisan yang ada di sana. Di awal rekaman, audio guide sudah menegaskan bahwa Neuschwanstein adalah replika kastil medieval. Bukan benar-benar kastil. Namun, tetap saja bayangan romantisme medieval membayang di sana. Di tambah referensi dongeng yang dilestarikan HC Anderson atau Disney kemudian.

Itu menjadi bukti berhasilnya visi Ludwig untuk membawa nostalgia mengenai kehidupan istana dan raja yang mempunyai kekuasaan absolut. Betapa tidak? Ia membuat ruang tahta yang tidak pernah didudukinya, dan tidak ada rakyat yang datang untuk bersujud kepadanya.

Setidaknya Ludwig II turut memberi warisan hebat untuk Bavaria. Salah satunya adalah pundi yang terus mengucur dari kunjungan enam juta orang per tahun ke Neuschwanstein. Dan untuk itulah ia kemudian dikenang.

Related

travelogue 9202652882243994453

Posting Komentar Default Comments

Follow Me

-

Ads

Popular

Arsip Blog

Ads

Translate

item