Menang Cara Mas Joko atau Mas Hary?


Di dunia olahraga, bagi saya, ada dua genre tim atau atlit. Genre pertama saya sebut genre Joko Suprianto. Genre kedua adalah Haryanto Arbi. Keduanya merujuk pada pemain bulu tangkis Indonesia di era 1990-an.

Genre pertama, seperti gaya permainan mas Joko, tipikal resilient, ulet, sabar, menggemaskan. Gaya mainnya  pelan, tidak mendominasi, dan cenderung merespon apa yang disajikan lawan. Apabila menang, biasanya melalui set-set panjang, dan dramatis. Demikian juga dengan kekalahan.

Kita yang menonton bak melihat skenario film thriller atau drama yang memaku. Hasil akhirnya membuat kita selalu teringat, entah yang menggembirakan atau menyedihkan.

Genre kedua, sebagaimana Haryanto Arbi, eksplosif. Dominan, selesai dua set langsung (menang atau kalah). Semua masalah diakhiri dengan satu solusi, smes keras jutaan volt. Hanya ada putih-hitam, menang atau kalah langsung. Menonton mereka adalah hiburan, kurang ada ikatan emosi. Jadi, proses atau narasinya, ya acap terlupa. Yang teringat adalah angka dan statistika.

Beda dua genre tersebut, keduanya sama-sama mendamba kemenangan, pastinya. Karena itu esensi pertandingan. Tetapi di genre pertama, ia lebih membenci kekalahan ketimbang menguasai. Ada banyak contoh sepanjang sejarah yang menyajikan dua genre tersebut dari multicabang olah raga.

Di MotoGP misalnya ada narasi mengenai Stoner-esque dan Rossi-esque. Casey Stoner, ketika menjadi juara dunia selalu tampil dominan. Memimpin dari penyisihan, start di grid pertama, dan nomor satu dari lap pertama hingga pungkas. Dominan.

Berbeda dengan Valentino Rossi, yang disebut "Sunday rider" lantaran sering dianggap baru panas ketika balapan (hari Minggu), dan kedodoran di practice (Jumat dan Sabtu). Rossi sering tercecer sampai urutan dobel digit sebelum kemudian melahap satu demi satu hingga akhir. Overtake dan duel-duel legendaris mewarnai highlight balapan Rossi.

Di tinju, ada Mike Tyson yang dulu saking cepatnya menganvaskan lawan, tidak ada iklan selama ia bertanding. Tyson berantem, hitungannya bukan ronde lagi, tapi berapa detik. Berbeda dengan Muhammad Ali misalnya, yang bisa bertarung 15 ronde. Keduanya legenda dalam keranjang yang relatif berbeda.

Menceritakan kisah Tyson, manakah pertarungan yang menyisakan banyak narasi? Justru ketika ia bertarung lama dan menggigit telinga Evander Holyfield mungkin. Tak ada yang ingat dengan Frank Bruno, meski ketika ia bertarung dengan Tyson, jalanan kosong karena semua orang di depan TV.

Sebaliknya, Rumble in the Jungle atau Thrilla in Manila masih sering diceritakan. Di dua pertarungan itu, Ali bermain panjang dan menderita. Tetapi banyak cerita yang bisa membuat penuturnya berbusa-busa. Bagaimana baku hantam di Manila hingga 15 ronde. Atau taktik bergayut pada tali untuk melawan keganasan George Foreman.

Di sepakbola, kutub ini lekat mungkin dengan Italia dan Belanda. Italia adalah genre Mas Joko. Belanda mewakili Haryanto Arbi. "School of thoughts" dari Italia adalah bagaimana tidak kalah. Sementara di Belanda, bagaimana mendominasi. Lewat sejarah, keduanya memengaruhi banyak mazhab dalam sepak bola.

Semuanya bersilang sengkarut, dan tidak jarang juga akhirnya bertukar peran. Masalah pada negara, bukan atlit, adalah ia kumpulan persona. Bukan satu atau dua saja. Tyson tidak akan mengubah gaya. Rossi juga. Tapi sebuah negara, dalam olah raga, tentu saja bisa. Mereka adalah multi persona, dan multi generasi. Akulturasi pemikiran sudah masuk menginfiltrasi.

Bagi yang tenggelam dalam narasi klasik, Italia catenaccio, Belanda total voetbal, Jerman uber alles, Inggris kick and rush, menonton Piala Eropa kini mungkin akan membingungkan. Italia yang bermain ala Haryanto Arbi, dan Belanda atau Inggris di kutub Joko Supriyanto.

Namun, kata kuncinya, tetaplah ada dua cara untuk menuju kejayaan. Dua hemisfer dalam memaknai pertandingan. Satu bermain untuk menguasai, satu bermain untuk selamat.

Cara Mas Joko atau Mas Hary?

Related

valentino rossi 6203558297696766337

Posting Komentar Default Comments

Follow Me

-

Ads

Popular

Arsip Blog

Ads

Translate

item