The Hype is Done, We'll Carry On

Menjadi penggemar dari scene musik yang sudah usang tapi belum menjadi "antik" memang susah. Rata-rata penggemarnya masih berke...


Menjadi penggemar dari scene musik yang sudah usang tapi belum menjadi "antik" memang susah. Rata-rata penggemarnya masih berkembang untuk menyukai scene berikutnya dan potensial mengubur scene usang tersebut menjadi sampah-sampah budaya pop.


Termasuk juga efek ledakan scene musik "Grunge" yang hip di awal sampai mid 90-an. Penggemarnya sangat banyak pada waktu itu, tetapi juga surut dengan begitu cepat seiring dengan padamnya satu demi satu band pengusung scene ini. Mulai dari meninggalnya rangkaian musisi Seattle; dari Mia Zapata, Kurt Cobain sampai ke Layne Staley - sampai ke bubarnya sejumlah band papan atas semacam Soundgarden dan Stone Temple Pilots. Karena durasinya yang singkat, maka penggemar scene ini dengan mudah terevolusi dengan gelombang musik Brit-Rock atau Post-Alternatives yang mengisi kemudian. Hanya segelintir yang akan mengisi alam kenangan scene yang juga terkenal dengan nama Alternatif tersebut.

Guna mengumpulkan segelintir yang tersisa dari penikmat musik alternatif ini, salah satunya adalah dengan melacak jejak para penggemar band-band yang sempat berkibar di scene tersebut. Paling gampang adalah dengan melacak penggemar band yang masih eksis, salah satunya adalah Pearl Jam. Fans Pearl Jam di Indonesia sangat banyak, tetapi belum mempunyai keinginan kuat untuk "bernostalgia" dalam satu wadah kumpul komunitas. Penyebabnya seperti yang diungkapkan di atas, hip dari scene tersebut belum begitu lama usai, dan para penggemarnya masih dengan mudah terisi pengaruh musik lain yang lantas menjadi kredo mereka. Tetapi, kenangan terhadap musik-musik alternatif tentu akan abadi bagi yang pernah menyenanginya.

Bukti ada pada komunitas Pearl Jam Indonesia (PJ.Id) yang bermula dari mailing list (milis). Milis dibentuk tahun 2001 dengan keanggotaan per-tahun hanya mencapai 5-8 orang. Internet pada masa itu memang belum begitu booming sehingga masih susah melacak keberadaan para fans Pearl Jam. Sekarang, dengan banyaknya situs komunitas, target fans band asal Seattle tersebut lebih mudah dibidik. Sampai dengan tahun 2007 ini, anggota telah bertambah secara masif menjadi 300-an. Selain karena faktor promosi via internet, PJ.Id juga aktif mempromosikan melalui sejumlah kegiatan. Kegiatan menjadi faktor penting bangi sebuah komunitas untuk berkembang. Melalui serangkaian kegiatan, eksistensi PJ.Id menjadi semakin kuat dan dikenal oleh para penggemar musik pada umumnya.

Misi dari komunitas ini adalah untuk menggelorakan kembali kenangan terhadap scene alternatif atau grunge yang sempat hip. Dimulai dari perkumpulan penggemar dari sebuah band, Pearl Jam, lama-lama menjalar juga ke nostalgia untuk band-band lain seperti Soundgarden, Mudhoney, Alice in Chains, dan sebagainya. Sehingga pada awal 2007 lalu, PJ.Id bahkan telah berkembang ke komunitas pecinta musik alternatif yang lebih besar dalam wujud Rockapalooza. Untuk kegiatan yang menjaring banyak segmen musik alternatif 90-an, Rockapalooza digunakan sebagai bendera dengan core komunitas tetap dari PJ.Id.

Banyak manfaat yang diperoleh ketika sebuah komunitas dengan visi senada terbentuk. Faktor yang paling utama adalah interes untuk sharing material-material berupa memorabilia, merchandise, dokumentasi dan sebagainya yang berkaitan, dalam hal ini adalah dengan Pearl Jam atau musik alternatif pada umumnya. Intensitas sharing makin meningkat seiring dengan membesarnya personal yang terlibat dalam komunitas. Untuk mewadahi hal tersebut, gathering lumayan sering diadakan. Ajang kopi darat itu selain untuk kepentingan sharing, juga untuk mempersolid komunitas yang awalnya berupa komunitas maya itu menjadi komunitas riil yang eksis.

Ke depan, agenda PJ. Id dan Rockapalooza adalah untuk merapikan struktur komunitas ini menjadi lebih tertata dan nyaman bagi anggotanya. Agenda kegiatan yang akan diadakan oleh komunitas ini akan ditata sehingga persiapan dan pelaksanaannya jauh lebih optimal. Melalui aneka kegiatan yang di-running secara optimal, maka konsep penyebarluasan misi akan menjadi lebih efektif. Dengan demikian, scene yang belum terlalu lama pudar itu akan tetap terpatri di dalam diri para penggemarnya. Terlebih lagi bila scene tersebut kembali menghangat, meski hanya di kancah lokal, sekaligus membuka jalan bagi para anggota untuk berkreativitas dan berkarya tanpa takut kehilangan pasar. Pearl Jam Indonesia telah mewujudkannya dengan merilis sebuah album kompilasi berisi band-band yang terpengaruh scene alternatif atau grunge pada 2006 lalu. Dengan meningkatnya intensitas kegiatan yang diselenggarakan, bukan tidak mungkin di tahun-tahun mendatang akan makin banyak rilisan-rilisan serupa yang menggelorakan euforia scene alternatif 90-an, sesuai dengan misi Pearl Jam Indonesia.

* Ditulis sebagai salah satu referensi/sumber dari artikel tentang komunitas musik 90-an untuk sebuah majalah musik.

Related

pearl jam 5572062426415411274

Posting Komentar Default Comments

Follow Me

-

Ads

Popular

Arsip Blog

Ads

Translate

item