Let's Go Italy: Makan dan Belanja

Sesampai di San Babila, hari mulai siang dan otomatis perut mulai keroncongan. Saatnya untuk eat like locals. Karena belum jam 12, rata-r...


Sesampai di San Babila, hari mulai siang dan otomatis perut mulai keroncongan. Saatnya untuk eat like locals. Karena belum jam 12, rata-rata tempat makan yang masih buka adalah bar. Bar di Italia menyediakan sarapan (colazione) berupa snacks (aneka sandwich) dan kopi (espresso, caffe latte, cappuccino, macchiato).

Untuk memesan, bisa melihat menu atau daftar makanannya di etalase, lalu bilang dan bayar ke kasir. Dengan struk, kita bisa meminta barista atau penjaga konter sandwich untuk menyediakan pesanan kita. Makanan disantap sambil berdiri, atau bayar ekstra bila kita akan menggunakan meja. Itu juga berlaku untuk kedai gelateria, kebab, dan sebagainya. Bahkan, harga meja di dalam kafe dan di luar bisa jadi berbeda.

Bagi wisatawan muslim, hati-hati dalam memesan sandwich di Italia. Sebagian besar isian sandwich adalah prosciutto yang berbahan babi. Untuk amannya, bisa memesan sandwich manis atau yang berisi fillet ayam. Bila memesan kopi (caffe) maka ia akan menyajikan espresso. Kopi dingin atau es tidak lazim di Italia. Bila menginginkan minuman dingin, biasanya dalam bar terdapat juga air putih (acqua) dan bibita (soda). Untuk acqua, notice juga perbedaan antara acqua naturale (air mineral biasa) dan acqua frizzante, alias air berkarbonasi atau soda tawar.

Selain bar, juga terdapat banyak restoran di sekitar San Babila dan Duomo. Karena merupakan destinasi utama turis, umumnya restoran menyediakan menu untuk turis (menu turistici). Hal ini penting karena menu standar restoran di Italia menggunakan set menu yang mencakup appertivi (appetizer), insalata (salad), primi (first dish), secondi (second dish atau main course), dolci (dessert), dan vino (wine). Pada menu turistici biasanya restoran menyiapkan paket-paket yang bisa dipilih. Bila ingin ala carte, tinggal menyebut piatto unico (harafiah: single plate).

Bila susah eat like locals, di Milan banyak juga terdapat restoran yang mungkin lebih familiar dengan lidah Asia Tenggara. Sushi bar cukup banyak bertebaran, di samping tempat makan siap saji macam McDonald’s dan Burger King.

Banyak yang berpendapat sayang sudah jauh-jauh makan di Burger King. Tetapi bagi saya, ini adalah kesempatan untuk menikmati globalisasi. Apakah rasa kentang di McDonald’s Italia sama dengan di Indonesia? Bagaimana harga dan rasa Coca Cola di Milan? Ini komparasi simple untuk menjelaskan perbedaan dengan negeri sendiri, salah satu citarasa menarik ketika travelling.

Di kawasan wisata, restoran biasanya menyiapkan daftar harga di luar. Kami memilih untuk bersantap di atap La Rinascente, mal terkenal yang menghadap ke Duomo. Di sana kita bisa makan alfresco sambil melihat atap Duomo di Milano yang terkenal dengan tombak-tombaknya. La Rinascente ini bisa menjadi one-stop shopping destination yang cukup oke di Milan. Selain kafetaria di lantai paling atas, kita juga bisa mendapatkan barang-barang branded di lantai lain. Yang paling menarik, di lantai dasarnya adalah pernak-pernik desain produk dan buku yang dikurasi khusus.

Selain La Rinascente, Milan juga menyediakan surga belanja di kisaran Duomo. Galleria Vittorio Emmanuelle merupakan mal klasik nan elegan yang sudah berusia lebih dari 3 abad. Kemudian di sepanjang rute San Babila ke Duomo juga dipenuhi butik-butik branded. Tak jauh dari San Babila, terdapat juga area fashion yang diberi nama Quadrilatero d’Oro. Diapit empat jalan (yang paling besar adalah Via Montenapoleone), area ini menjadi rumah bagi Prada, Guess, dan label fashion high end lainnya. Bila masih belum puas, Corso Buenos Aires menyediakan arkad belanja sepanjang 3 kilometer yang juga dipenuhi butik dan distro high end fashion.

Tapi Milan tak hanya belanja. Daerah sekitar Duomo juga menyimpan harta karun arsitektur dari abad pertengahan. Sebagai kota besar di region Lombardia dari jaman Romawi membuat Milan memilikiu banyak artefak lintas-era. Dari Duomo itu sendiri yang sangat megah, hingga Castello Sforzesco yang dulunya merupakan tempat tinggal klan Sforza, penguasa Milan. Di antaranya ada La Scala, gedung opera yang sangat terkenal, dan Pinacoteca di Brera, akademi seni rupa yang melahirkan seniman legendaris Eropa.

Tetapi, untuk menjelajahi kekayaan Milan dibutuhkan waktu yang steril dari kegiatan belanja. Oleh karena itu, aturlah waktu (dan budget) khusus untuk berbelanja di Milan agar bisa tidak mengganggu ekskursi mengunjungi bangunan, galeri, dan museum eksotis di sana. Mengenali jejaring transportasi akan sangat membantu kita menuju ke masing-masing lokasi.

Related

travelogue 8399335450788318053

Posting Komentar Default Comments

Follow Me

-

Ads

Popular

Arsip Blog

Ads

Translate

item