Akhir Heterogenitas dan Festivitas


Sekitar tiga hari menjelang Tahun Baru Hijriah, kami masih ada di Makkah. Mengapa milestone pergantian bulan itu spesial?

Kontrak pedagang kaki lima dan kios-kios khusus berakhir bersamaan dengan hilangnya bulan Zulhijah, atau bulan haji. Mereka telah menempati los-los khusus, biasanya, sejak Ramadan.

Di Masjidil Haram, jamaah mulai homogen. Tinggal menyisakan sejumlah jamaah Indonesia, Malaysia, Tiongkok, dan India. Jamaah Iran dan Turki yang menjadi pesaing kami dalam berebut lahan di terminal bis juga sudah pulang. Kini Al Ghaza dikuasai sepenuhnya oleh armada shuttle jamaah Indonesia.

Di masjid dekat maktab, para jamaah Benin yang berbagi batuk dengan kami juga telah menyusut. Kini tinggal lima saf, berisi penduduk lokal dan jamaah Indonesia yang tersisa.

Kios-kios mulai sepi. Para pedagang mulai obral harga dan kadang memaksa mem-bundle barang dagangan mereka dengan pembelian lain. Terutama kurma yang tak tahan lama. Uang kembalian 5 riyal kini ditawarkan dalam bentuk kurma.

Hanya pedagang sajadah yang masih ngotot tak turunkan harga. Tahun depan masih bisa dijual, pikir mereka.

Jamaah haji yang masih bertahan pikirannya sudah mulai bercabang. Ada yang menggiatkan umrah, ada pula yang menggiatkan belanja dan membandingkan kargo.

Sebelum 1 Muharam, Makkah sudah bebas dari jamaah haji. Konon itu low season bagi yang ingin tawaf merdeka. Minggu-minggu terakhir Zulhijah saja, di atas jam 8 malam mataf relatif lancar dilalui tujuh putaran kurang dari 30 menit.

Datang ke Masjidil Haram sekitar 15 menit dari waktu salat juga masih bisa mendapatkan tempat di dalam. Berbaur bersama pengena baju gamis dan sorban kotak merah. Di masa puncak, saf salat adalah sampel acak. Ini menjadikan salam usai salat yang menengok kanan dan kiri menjadi bermakna lebih. Kadang Kazakhstan, kadang Pakistan. Kini sampel makin tertebak.

Jamaah perempuan juga mulai didominasi ukhti berkain hitam dan cadar. Hingga, jamaah Indonesia yang membuka muka menjadi tampak menonjol dan sering kena tegur orang lokal. Disuruh menutupi seluruh muka (kecuali) mata. Dulu, masih banyak kawan dari negara eks Soviet yang suka mengganggu mata. Subhanallah, kata Nabi. Kurang dari tiga detik adalah sedekah Tuhan.

Ada rasa kehilangan sebenarnya mengetahui konferensi umat Islam akan segera berakhir. Haji, dalam banyak segi menyatukan umat yang terbelah. Haji mengembalikan visi umat mengenai persamaan dan persaudaraan.

Malcolm X, ketika ditanya pendapatnya mengenai haji, dan apa yang paling mengesankan darinya, menjawab dengan mantap.

"The brotherhood."

Related

travelogue 5056888562198073703

Posting Komentar Default Comments

Follow Me

-

Ads

Popular

Arsip Blog

Ads

Translate

item