Let's Go Italy: Kembali ke Masa Lalu

Ketika kita di Venesia, kota tersebut tengah punya hajat Venice Biennale, ajang seni dua tahunan. Tahun ini kebetulan temanya arsitektur,...


Ketika kita di Venesia, kota tersebut tengah punya hajat Venice Biennale, ajang seni dua tahunan. Tahun ini kebetulan temanya arsitektur, yang kuratornya adalah arsitek idola saya semasa kuliah, Rem Koolhas. Di banyak area diselenggarakan pameran seni dan arsitektur. Pusatnya di daerah Arsenale, daerah timur Venesia.

Ini tentu menggoda bagi kami untuk keluar-masuk galeri dan museum, atau bekas gedung bersejarah yang jadi tempat eksibisi. Salah satunya di Scuola Grande di San Rocco yang kami temukan ketika keluar dari gang! Galeri yang eksis sejak abad ke-16 ini by default menyimpan banyak koleksi dari Tintoretto. Pada momen Biennale, mereka juga memamerkan karya-karya inovasi Leonardo Da Vinci yang diambil dari museum di Milan.

Galeri dan museum adalah bentuk atraksi paling lazim di Venesia. Keduanya menyimpan bukti kejayaan berabad-abad dari portal penting dunia barat ke timur ini. Venesia mengalami puncak keemasan sebagai sentra maritim Adriatik pada abad ke-13 sampai ke-17. Kota ini tak banyak berubah sejak saat itu, dan terus dirawat sebagai monumen mesin waktu yang akan membawa kita ke masa-masa republik Venesia yang dipimpin oleh para doge (ducale, atau duke dalam bahasa Inggris).

Sentra ekonomi dari dulu sampai sekarang juga masih berkutat di jembatan Rialto. Sedangkan pusat pemerintahan berada di kawasan San Marco yang menyimpan tiga primadona utama Venesia: Basilika San Marco, Campanile (menara), dan Palazzo Ducalli (Doge’s Palace). Ketiganya dihubungkan dengan alun-alun (piazza) yang menjadi sentra keramaian turis. Bila malam tiba, deretan kursi dijajar sebagai tempat rendes vouz masal sambil menyantap la cena (dinner).

Karena lahan terbatas dan relatif tidak berkembang, maka jangan heran bila akomodasi di Venesia menjadi terbatas dan mahal. Bila menghendaki akomodasi yang relatif lebih murah, Anda bisa menginap di Mestre yang berada di Italia daratan dan terhubung dengan jalur kereta hingga malam hari. Tetapi, kereta paling bagi baru berangkat pukul 05:00 sehingga kita bisa tertinggal momen sakral San Marco ketika sepi dari turis, yaitu dari dini hari hingga fajar.

Kami menginap di hotel tua antara San Marco dan Rialto. Meski letaknya di dalam gang, tetapi hotel kami sangat dekat dengan pusat belanja high end. Di antara hotel kami ada counter H&M, Guess, Diesel, Puma, dan branded boutique lainnya. Sekali lagi, ini adalah kejutan istimewa dari Venesia. Anda bisa menemukan butik Oakley pada gang sempit yang bahkan tak muat dilintasi 3 orang sekaligus.

Menelusuri gang-gang kecil di Venesia seperti menjelajah labirin. Hanya saja tak perlu kuatir tersesat karena rambu yang bertulis “Per San Marco” atau “Per Rialto” hampir selalu ada di perempatan gang. Keduanya memang jadi landmark paling umum di Venesia. Yang satu merupakan pusat keramaian utama, satunya lagi adalah jembatan utama. Lagipula, Venesia adalah sebuah pulau kecil. Kita tak mungkin bisa terlalu jauh ketika kembali bertemu laut. So, Venesia adalah daerah yang paling tepat apabila kita ingin mengaplikasikan jargon travel nan terkenal “Let’s Get Lost”.

Ya, let’s get lost dan temukan kejutan yang akan menjumpai kita.

Venesia rasanya tak cukup dijelajahi dalam sehari. Kita bisa sekedar berkeliling, island hopping, atau menyusuri petak-petak sejarah yang membangun kota ini. Ada pusat pemukiman Yahudi yang menjadi asal mula kata ghetto. Ke sana Anda akan dibawa ke masa-masa yang menjadi setting kediaman Shylock, tokoh dalam lakon karya Shakespeare “Merchant of Venice”.

Tetapi, waktu kami memang hanya sehari dan harus segera beranjak ke destinasi berikut. Kota yang merupakan titik temu jalur penting dari masa Romawi hingga kini, Verona.

Related

venice 8357009796988893383

Posting Komentar Default Comments

Follow Me

-

Ads

Popular

Arsip Blog

Ads

Translate

item