Bipolar Football

Perseteruan antara Belanda versus Italia sebagai laga pembuka Grup C di Piala Eropa besok kembali membangkitkan polarisasi klasik antara pe...


Perseteruan antara Belanda versus Italia sebagai laga pembuka Grup C di Piala Eropa besok kembali membangkitkan polarisasi klasik antara penggemar sepakbola menyerang dan antiteorinya. Menurut saya, sekarang pendapat iu tidak relevan. Keduanya, praktis, memainkan gaya serupa...

Dua polar itu didasari prestasi bagi masing-masing negara. Italia lebih dulu meraih hasil pada 1982, ketika Enzo Bearzot yang setia dengan pakem catenaccio (pertahanan gerendel) Helenio Herrera membawa negeri Pisa tersebut meraih titel dunia ketiga mereka. Dan Belanda, baru di akhir dekade tersebut, pada 1988, pelatih yang dua kali gagal pada dekade sebelumnya, Rinus Michel, akhirnya menuai prestasi sebagai kampiun Eropa dengan memperkenalkan totaal voetbal. Manifes sepakbola menyerang.

Perbedaan gaya tersebut memberikan porsi debat tersendiri lantaran sampai beberapa generasi ke depan, kedua negara menjadi yang terdepan dalam membawa "aliran" sepakbola. Italia dan klub-klub Italia banyak yang meresapi filosofi Herrera, dalam hal membuat core permainan berasal dari sekitaran bek. Sementara Michel adalah bapak sepakbola Belanda yang membuat permainan di negeri itu selalu berorientasi pada penyerangan. Paham Michel sampai saat ini dianut oleh sebagian besar klub Belanda. Secara historis, Italia juga banyak melahirkan bek-bek handal. Dan sebaliknya, Belanda adalah produsen striker tajam.

Dua gaya tersebut sebetulnya tidak pernah dipermasalahkan sebagai polarisasi pandangan sepakbola. Masing-masnig pihak menganggap kehadiran keduanya hanyalah sebagai bagian dari dinamika varian taktik di sepakbola. Itu terbukti, ketika Arrigo Sacchi mendatangkan tiga pemain Belanda, termasuk Marco van Basten, pelatih Oranje saat ini. Sacchi hendak menyatukan dua polar sepakbola itu. Pertahanan yang indah dan penyerang ganas. Hasilnya adalah sepakbola pressing.

PRESSING FOOTBALL
Setelah gagal di Piala Dunia lalu, dengan idealisme totaal voetbal murni Belanda, Basten mengeluarkan jurus keduanya, ilmunya dari perantauan suksesnya di Italia bersama Milan. Hasilnya akan bisa dilihat di Euro kali ini. Yang jelas, sepakbola Belanda era Basten akhirnya mengambil banyak pelajaran dari tanah Italia, yang selama ini dianggap sebagai antipolar mereka. Spekulasi yang sering ditolak oleh konservatif sepakbola. Karena pada masanya, Basten adalah simbol terbaik dari sepakbola Belanda. Striker tajam, haus gol yang ditakuti karena reputasi dan rekornya dalam membobol gawang. Sangat Belanda.

Ironisnya, Italia dilatih oleh Donadoni, yang bisa dibilang sebagai rekan seperguruan Basten. Keduanya adalah pilar yang diandalkan Sacchi dalam merangkai fondasi sukses dream team Milan. Donadoni justru adalah produk anomali dari sepakbola Italia. Dia adalah pemain sayap, dengan kualitas teknik tinggi yang jarang dijumpai dalam pakem sepakbola Italia. Hanya pola Sacchi yang bisa menampung Don waktu itu.

Sampai ke era kepelatihannya, Don selalu memegang teguh nilai indigenus-nya. Yakni sepakbola yang diturunkan dari karakternya sebagai penyerang sayap. Cepat dan teknikal. Pola idealisnya dibawa bersama Livorno, dan menuai konflik dengan presiden klub yang terlampau mengejar pendekatan pragmatis. Hanya 6 bulan, Don mengubah Livorno yang tadinya selalu menjadi bahan lelucon, menjadi klub yang disegani. Sikap keras kepala dan idealisme Don itu yang menjadikan Marcello Lippi merekomendasikan namanya ke FIGC sebagai pelatih Italia untuk mengarungi Piala Eropa, mulai dari kualifikasi.

ITALIA AROMA BELANDA
Don lolos ujian pertama, yakni menempatkan Italia sebagai kampiun kualifikasi di atas seteru abadi mereka, Perancis. Kini di Piala Eropa, Don dituntut menjaga reputasi Italia sebagai juara dunia. Don selalu percaya diri dan tetap membawa kredo sepakbolanya. Pola Belanda era Michel diadopsinya, dengan membawa pendekatan taktik yang belum pernah dipakai di Italia, 4-3-3.

Don tampak terkesima dengan duo rekannya dari Belanda dari era karir klubnya, Ruud Gullit dan Basten. Don mungkin sering berdiskusi dengan keduanya, plus Frank Rijkaard yang juga dari Belanda. Di La Nazionale, Don seolah ingin mewujudkan trio dirinya bersama Gullit dan Basten dulu. Dirinya diwakili oleh Mauro German Camoranesi. Basten kini diharapkan lahir dari sisi seorang Luca Toni. Sedangkan stok striker teknikal dibebatkan ke deret nama mulai dari Antonio Di Natale, Alessandro Del Piero dan Antonio Cassano.

Tentu akan menarik menantikan pertemuan antara Don dan Basten di laga Piala Eropa 2008, Belanda vs Italia. Pada perjumpaan mutakhir, Basten menghadapi Lippi, bukan Don dalam laga yang berkesudahan 3-1 untuk Italia. Situasinya berbeda. Keduanya tentu berusaha menebak strategi masing-masing dalam cara seperti catur imajiner. Sambil menguak kembali ilmu-ilmu yang telah diberikan oleh mentor keduanya, Sacchi. Keduanya menganut bipolar football. Gabungan dua kutub sepakbola.

Related

football 5255854960155188057

Posting Komentar Default Comments

1 komentar

Anonim mengatakan...

dan ternyata terbukti..
[untuk sementara] sepakbola ofensif yang simpel dan efektif ternyata berhasil meredam permainan Italy..

mungkinkah karena salah strategi ?..

Follow Me

-

Ads

Popular

Arsip Blog

Ads

Translate

item