Tak Ada yang Percuma di Sinema Soal Jelajah Masa

https://www.helmantaofani.com/2025/07/review-film-sore.html
Terakhir saya menulis ulasan film adalah mengenai film Yandy Laurens. Kini saya kembali menulis lagi karena Yandy Laurens. Di luar premis, ternyata melewati beberapa sinema lain. Akan tetapi, sedemikian besar hasrat saya untuk langsung menulis impresi setelah menonton.
Jujur, saya tidak punya ekspektasi apa-apa ketika pergi ke bioskop untuk menonton "Sore: Istri dari Masa Depan". Premis pertama atas film ini hanyalah trailer yang muncul waktu saya menonton "The Phoenician Sheme" bersama anak saya (perempuan, 14 tahun) yang sangat menggemari Wes Anderson.
Premis dari trailernya membingungkan. Akan ke mana sih film ini? Time travel, fiksi ilmiah, atau drama filosofis dengan gimik?
Dan sepanjang menonton, saya tidak berhenti menebak. Kisah seorang perempuan bernama Sore (Sheila Dara), yang mendadak hadir dalam hidup Jo (Dion Wiyoko), fotografer yang tinggal di Kroasia. Sore mengaku sebagai istri Jo dari masa yang akan datang. Ia ke situ untuk mencoba memperbaiki hidup Jo yang dikatakannya akan meninggal 8 tahun kemudian.
Plot itu ada dalam trailer, jadi bukan sebuah spoiler. Bekal itu sama sekali tidak menyentuh kedalaman film yang digarap Yandy Laurens ini. Sepanjang film, impresi saya masih sama ketika menonton trailernya dulu. Sambil dinadakan, pikiran saya selalu bergumam: "Mau dibaawa ke mana?"
Premis paling merangkai dari beberapa sinema jelajah masa yang bergenre drama. Antara lain Groundhog Day, film Amerika dari 1993 yang dibintangi Bill Murray. Yang ini drama komedi. Atau Il Mare, film Korea Selatan tahun 2000 yang kemudian diadaptasi ke Hollywood. Yang ini drama percintaan. Bayangan saya akan mirip ke yang kedua.
Kesimpulan hampir mendarat ke drama filosofis yang akan mencari cara untuk jadi edgy dengan pesan moralnya. Hal yang sangat arustama dalam khasanah sinema kita. Sayapun berusaha mencari loop hole, plot hole, atau gimik-gimik.
Lho kok tiba-tiba dia pakai jaket? Kenapa bisa wasweswos bahasa Kroasia? Lah, tadi di bis masih siang, dibilang "udah deket nih", ini kenapa tiba-tiba udah malam aja?
Sambil mencerna ini akan bagaimana? Plotnya mau seperti apa? Resolusinya macam mana?
Gilanya, semua loop itu tertutup! Resolusinya berhasil dan menjalin semua cerita itu secara epik. Ini salah satu pengalaman sinematik menikmati resolusi (atau ending) yang paling memuaskan bagi saya. Terutama sinema karya anak bangsa.
Banyak adegan yang menjadi sangat tercerna, yang awalnya membingungkan itu tadi. Beberapa dialog yang tadinya "oh no, dialog 'naskah' lagi" ternyata jadi masuk akal. Hal itu (ternyata) terkait juga dengan pengembangan karakter. Bukti bahwa skenario film ini sungguh gila. Saya nyaris tidak melihat cacat cerita dalam film ini.
Standar tinggi lainnya adalah sinematografi. Dengan latar karakter seorang fotografer naturalis, akan absurd bila sinematografinya tidak mengimbangi. Dan gilanya (lagi), semua gambar di film ini seperti kartu pos. Dari close up sampai lansekap, semuanya menyekap. Shout out ke Dimas Bagus (sinematografer film ini, sesuai IMDB).
Lalu, sebagai film mengenai jelajah masa, tentu saja alur menjadi kunci. Mana yang di masa apa, bagaimana membedakannya. Kredit khusus untuk tim editing (editor: Hendra Adhi) yang bisa merangkai semua menjadi penuturan yang memikat. Pacing yang bagus, dan detail-detail yang tak terlewatkan.
Anak saya juga memberi catatan pada musik yang masuk dengan sangat baik dan penting. Saya setuju! Menambah catatan bahwa film ini sungguh dieksekusi dengan sempurna. Segala sesuatunya tidak ada yang percuma.
Usai menonton, kami merasa "mindblown" bahwa ini adalah sinema Indonesia. Apalagi temanya pelik seperti jelajah masa. Namun, harusnya tidak terkejut karena di balik ini ada Yandy Laurens yang sebelumnya saya tulis sebagai suar sinema Indonesia. Inilah seharusnya arah yang dituju untuk menjadi jatidiri sinema kita.
Walaupun sangsi semua bisa punya kesabaran dan keuletan seperti craftmanship Yandy.
Foto: Dokumen Cerita Films
2 komentar
ya ya saya se7!
Setujuu🤩
Posting Komentar