Dunia Yang Pudar
When blogging is no longer mainstream. Dunia blogging 2-3 tahun yang lalu mungkin analog dengan Los Angeles di masa heyday musik g...
https://www.helmantaofani.com/2011/06/dunia-yang-pudar.html
When blogging is no longer mainstream.
Dunia blogging 2-3 tahun yang lalu mungkin analog dengan Los Angeles di masa heyday musik glam-rock. Mengutip istilah yang pernah dinyanyikan Eddie Vedder, dengan sedikit modifikasi, "Everybody is in the cyber. Everybody has their own blog."
Kadang-kadang, ada user yang ambisius -seperti saya- dengan membuat bercabang-cabang blog dan mengupdatenya sekaligus. Pada masanya, saya pernah handle 8 blog sekaligus! Notes di Facebook, Multiply, blog Friendster, Kompasiana, Opera, Pearl Jam Indonesia, Last FM, dan tentunya blog yang tengah Anda baca. Sebagian besar rontok, stop di-update. Sebagian lagi hiatus. Dan rasanya hanya satu ini yang masih berfungsi.
Namun demikian, merawat blog ini kini berbeda dengan era puncaknya dua tahun silam. Dulu, silaturahmi rajin dijalin. Blog ini kebanjiran banyak pengunjung dengan courtesy yang sama, yakni meminta kunjungan balik dan "link back".
Maka, itulah beberapa alasan munculnya link sugestif yang saya pasang di bar kanan. Kadang, banyak blog yang antah-berantah bisa nangkring di daftar link.
Survei kecil yang saya lakukan hari ini, di tengah longgarnya pekerjaan, menunjukkan 60% dari situs yang saya pasang di link kanan tidak lagi di-update dalam jangka minimal 6 bulan. Catatan ini menunjukkan tren yang selaras dengan kondisi dunia maya secara umum. Mainstream saat ini dikuasai Twitter, yang dengan simplisitasnya membunuh kompleksitas blogging. Blog adalah glamrock yang dibantai oleh musik rock alternatif.
Well, saya lumayan beruntung bisa seperti U2 yang beradaptasi dari gelora glamor ke simplisitas alternatif di awal 90an. Twitter masih berjalan, dan blogging juga semangat (meski intensitas mulai jarang).
Tiap menyimak blog tua ini, saya selalu termotivasi untuk mengisinya. Dulu di masa heyday, tak hanya mengisi, namun konsistensi untuk tidak konsisten dari sisi desain juga menjadi bagian. Beberapa kali blog ini mengalami permak, sampai dengan tampilan mutakhir ini yang bertahan lumayan lama.
Rasanya redesain cukup oke untuk dilakukan, untuk menyegarkan motivasi blogging.
Scene faded out, but I'll carry on.
Dunia blogging 2-3 tahun yang lalu mungkin analog dengan Los Angeles di masa heyday musik glam-rock. Mengutip istilah yang pernah dinyanyikan Eddie Vedder, dengan sedikit modifikasi, "Everybody is in the cyber. Everybody has their own blog."
Kadang-kadang, ada user yang ambisius -seperti saya- dengan membuat bercabang-cabang blog dan mengupdatenya sekaligus. Pada masanya, saya pernah handle 8 blog sekaligus! Notes di Facebook, Multiply, blog Friendster, Kompasiana, Opera, Pearl Jam Indonesia, Last FM, dan tentunya blog yang tengah Anda baca. Sebagian besar rontok, stop di-update. Sebagian lagi hiatus. Dan rasanya hanya satu ini yang masih berfungsi.
Namun demikian, merawat blog ini kini berbeda dengan era puncaknya dua tahun silam. Dulu, silaturahmi rajin dijalin. Blog ini kebanjiran banyak pengunjung dengan courtesy yang sama, yakni meminta kunjungan balik dan "link back".
Maka, itulah beberapa alasan munculnya link sugestif yang saya pasang di bar kanan. Kadang, banyak blog yang antah-berantah bisa nangkring di daftar link.
Survei kecil yang saya lakukan hari ini, di tengah longgarnya pekerjaan, menunjukkan 60% dari situs yang saya pasang di link kanan tidak lagi di-update dalam jangka minimal 6 bulan. Catatan ini menunjukkan tren yang selaras dengan kondisi dunia maya secara umum. Mainstream saat ini dikuasai Twitter, yang dengan simplisitasnya membunuh kompleksitas blogging. Blog adalah glamrock yang dibantai oleh musik rock alternatif.
Well, saya lumayan beruntung bisa seperti U2 yang beradaptasi dari gelora glamor ke simplisitas alternatif di awal 90an. Twitter masih berjalan, dan blogging juga semangat (meski intensitas mulai jarang).
Tiap menyimak blog tua ini, saya selalu termotivasi untuk mengisinya. Dulu di masa heyday, tak hanya mengisi, namun konsistensi untuk tidak konsisten dari sisi desain juga menjadi bagian. Beberapa kali blog ini mengalami permak, sampai dengan tampilan mutakhir ini yang bertahan lumayan lama.
Rasanya redesain cukup oke untuk dilakukan, untuk menyegarkan motivasi blogging.
Scene faded out, but I'll carry on.
3 komentar
gara2 twitter, orang jadi males mikir secara panjang lebar dan kompleks... gara2 twitter orang gampang nyap nyap secara instan, haha. tapi tenang aja man, blog nggak mati kok. banyak blogger2 baru bermunculan. cuman mungkin nggak saling kenal dg generasi kita :)
kalau elo U2, berarti gua juga dong..? :D
honestly, sampai saat ini saya masih punya passion ngeblog..
walaupun di sisi yang sama juga masih rajin berkicau..
intinya..saya punya banyak waktu luang..:))
@Fahmi: Bener juga sih, ada generasi baru. Tapi tetep ngga se-semarak dulu Mi yang banyak portal blogging. Hehehe.
@Mas Ipul: Ya, salut buat konsistensi ente. Hehehe.
Posting Komentar